Sepanjang perjalanan menuju ke makam itu, pertengkaran kecil antara Ibrahim dan Sulaiman selalu menghiasi suasana. Ada tawa di sana, ada canda, ada pula suara-suara teriakan sekali dua keluar dari mulut Shari. Dan Babeh Djaja, hanya bisa menepuk jidat saja.
Sesampainya di lokasi pemakaman umum itu, mereka lantas bergegas menuju makam sang ibu, ditemani pula oleh Bintang sendiri.
Tidak banyak lelaku yang mereka lakukan di makam itu. Hanya membersihkan makam tersebut dari rumput-rumput liar, lalu sama-sama memanjatkan doa, dan diakhiri dengan menyiramkan air yang telah dipersiapkan sebelumnya dengan dua buah ceret, serta menaburkan kelopak-kelopak bunga berbagai warna dan jenis.
Memang, dan sudah dapat dipastikan, jika orang-orang terkasih dari mereka-mereka yang sudah meninggal dunia itu datang berziarah, selalu saja akan ada air mata di sana. Keharuan karena dada yang sesak akan rasa rindu, selalu menjadi pemandangan dari sebuah makam.