Seolah-olah sang surya berkata: Hey, semangatlah. Akan kusirami kau dengan cahaya kehidupanku ini. Angkat wajahmu, kuatkan asa di dalam dada. Jangan takut pada gravitasi Bumi yang kecil itu, ada aku yang selalu setia menunggumu di awal pagi.
Meski sesungguhnya Amia tidak ingin memikirkan soal tirai penghalang yang menyiksa pikiran dan batinnya dari semalam itu, namun apa daya… ia hanya manusia biasa yang tetap saja tidak bisa dengan mudah melupakan segala hal tersebut. Tetap saja tidak bisa dengan cepat untuk kembali kepada dirinya sendiri sebelum hal menyedihkan itu muncul membebani pikiran.
Tubuh gadis itu membungkuk, dua siku bertumpu di kedua paha, lalu sepuluh jari tangan sama meremas kuat rambut di kepala. Berharap, dengan berbuat demikian, pikiran-pikiran itu akan menjauh, atau lebih baik lagi bila bisa terlupakan selama-lamanya.
Hanya saja, itu sama saja berharap pada sesuatu yang mustahil.
Tuhan… bantu hamba, jerit sang dara di dalam hati.