"Terang aja saya jadi kaku, kagok kek gini."
Rezqi akhirnya merasa harus membela diri, entah apa pun itu maksud sebenarnya dari Amia selalu bersikap seolah memojokkan dirinya.
"Mbaknya dari tadi bikin kita-kita semua kebingungan, bikin saya tambah pusing aja jadinya."
Rezqi sengaja mengubah kata-katanya, demi tidak memperpanjang hal yang memusingkan kepalanya tersebut, alih-alih menyinggung gadis itu sendiri nantinya.
"Tuh, kan," Amia tertawa halus sembari menutupi mulutnya dengan punggung tangan. "Masih aja manggil aku: Mbak."
"Itu memang cara saya," jawab Rezqi yang sadar atau tidak ia sendiri sudah bisa berbicara dengan santai menghadapi gadis tersebut. Tidak kaku seperti sebelumnya. "Kecuali Mbaknya memakai seragam sekolah, atau saya mengenal pasti seperti keempat orang ini," Rezqi menunjuk keempat sahabatnya tersebut. "Kalau enggak, saya akan tetap memanggil: Mbak."