Melepas penat dalam pembaringan, nyatanya pikiran tetap tertinggal pada orang tersayang. Walau sudah ke sana ke mari mencari pelampiasan, Khanza tetap menjadi prioritas utama dalam kehidupan.
"Hacuw!"
"Hacuw!"
"Hacuw!"
Argh. Ini pasti gara-gara Arif main basah-basahan. Memijit pangkal hidung, kepalanya terasa nyeri tak tertahankan.
"Za-Za. Aku nggak ngira pengaruh kamu itu sebesar ini sama aku. Padahal kamu hanya sekedar gadis cupu."
Menatap langit-langit kamar, Arif masih ingat jelas pertemuan pertamanya bersama Khanza. Sontak mengambil ponsel, ia membuka galeri. Senyum-senyum melihat potret kebersamaan mereka tadi siang di taman tabebuya.
"Sampai kapan pun gue nggak akan rela jika harus di minta menjauh dari kamu Za."
Memeluk ponselnya. Arif mencoba mengistirahatkan tubuh sekaligus pikirannya.
***
Keesokan harinya ....
Khanza bergegas bangun dari peristirahatannya, melompat dari tempat tidur, ia pun langsung masuk ke dalam kamar mandi.