Vera berjalan dengan mata menyapu ke kiri dan ke kanan, mencari-cari keberadaan sang kekasih yang tak kunjung kelihatan.
"Di mana Arif?" gumamnya.
Memperhatikan sekitar, tatapannya sontak terhenti dan kaki pun terasa kaku melanjutkan jalan lagi. Dua orang di seberang sana telah bergandengan mesra, tertawa tanpa bersalah pada empat orang yang ditinggalkannya.
"Dasar si culun sialan," umpat Vera terbakar emosi. "Ayo Zi, kita labrak dia."
Melangkah lebar, Vera sontak menarik kasar tangan Arif hingga pegangan erat dengan Khanza pun terlepas.
Menatap kebelakang bersamaaan, Arif dan Khanza kaget bukan kepalang. "Vera," lirih mereka bersamaan.
Vera berdiri dengan napas memburu, dada naik turun, dan muka memerah menahan amarah. Dalam hitungan detik bom emosi pun siap diledakkan.
Plak!
Satu tamparan mendarat pada pipi Khanza. Sontak Arif membulatkan mata sempurna.
"V-Ver. G-Gue b-bisa jelaskan," gugup Arif.