Iva menginjak rem tiba-tiba. "Ada apa Ver?" tanyanya.
"I-Itu." Vera menunjuk seorang lelaki dengan hodie hitam sedang mengendari motor besar.
"Itu 'kan Arif," tebakan Amel tepat sasaran.
"Dari mana dia?" Santi mengedarkan pandangan meneliti daerah sekitar. "Ini dekat perumahan Permata Hijau," ujarnya.
"Kalau gue tidak salah, rumah Khanza ada di permata hijau." Padahal Zia tidak tahu dan ia hanya sengaja memantik api di sana.
Sontak Vera melototkan mata, tapi untunglah ia masih bisa mengendalikan prasangka.
"Mungkin dia hanya sekedar lewat," ucap Iva.
"Iya juga. Mungkin dia habis ketemu temannya, soalnya gue nggak ada hubungin dia juga seharian," setuju Vera.
"Untuk lebih memastikan. Kita buntuti saja." Santi yang merasa trauma pun mencetuskan idenya.
Baiklah. Ada baiknya memang seperti itu. Iva pun mengemudikan mobil secara pelan, membuntuti Arif yang ternyata belok ke jalan arah perumahannya.
"Tuh 'kan dia pulang," seru Vera yang lega karena khawatirnya tidak terbukti.