Semburat pagi menyapa hari. Embun sejuk pun menyegarkan bunga melati. Harum mewangi menyapa indera penciuman seorang gadis cupu yang sedang memandang langit luas di balkonnya.
"Khanza!" jeritan dari luar pintu menyadarkan gadis itu dari lamunannya.
"Iya Ma!" sahutnya.
"Ada Faizal di luar!"
"What," kaget Khanza. Melirik jam dinding ia tak salah kalau ini masih pukul lima pagi. "Itu anak ngapain sepagi ini ke sini."
Bergegas keluar kamar, ia pun turun ke bawah. Benar saja, rupanya Faizal sudah duduk di ruang tamu bersama secangkir kopi hangat dari Bibi. Dan lelaki yang tak kalah tampan dari Arif dan Randra tersebut sudah lengkap memakai seragam sekolah Cendrawasih.
"Fa," sapa Khanza.
"Eh Za," balas Faizal.
"Kamu kenapa sepagi ini ke sini?" tanya gadis cupu tersebut langsung.
Mendelik Khanza, Faizal pun menyendukan muka. "Kamu nggak suka aku ke sini ya?" rajuknya.
"Eh bukan gitu Fa. Aku kaget aja, ini pagi banget lo."
