"Oe-oe-oe!"
Lega. Damar dan Karina menyambut haru cucu pertama mereka. Khanza sampai melabuhkan diri memeluk sang kekasih yang juga tegang menunggu kelahiran ini.
"Syukurlah. Akhirnya ada suara bayi juga, Za." Arif menghela napas saat suara malaikat kecil menggema di dalam ruangan, rasanya ia tidak sabar ingin melihat keponakan.
"Iya, Rif. Dan ini berkat kamu yang sigap bawa Kak Sisi ke sini."
Ya. Arif pahlawan yang andil besar di sini. Dia bahkan berlari di lorong rumah sakit tadi. Saking paniknya, dia tidak menunggu sang suster membawakan kursi roda atau alat apa pun juga. Jika tidak memakai seragam, maka sang Dokter sudah mengira Arif adalah suami Sisi.
"Untung saja aku tadi tidak jadi pulang, Za," ujar Arif. "Jika tidak, aku tidak akan tahu seberat apa proses wanita melahirkan itu."
Melirik Mama Khanza, ia juga menganggap Karina sudah sebagai ibunya. "Tolong jangan kamu kecewakan Mama ya, Za. Jangan sampai kamu sakiti hatinya."