Karina menumpuk beberapa bantal untuk mengganjal kaki Khanza. Meminta sang putri rebahan saja di sofa, ia pun sudah memberikan obat pereda nyeri untuk sang anak.
"Lagian kenapa sampai kepentok pintu sih, Za. Jalannya kenapa tidak hati-hati coba?" Karina menghela napas, sekarang dia mulai tenang. Tidak sepanik saat Khanza datang.
"Khanza kerjaannya ngelamun saja, Tan. Entah apa yang ia pikirkan," sahut Arif.
Sontak yang di gosipkan menoleh pada sang kekasih yang duduk berseberangan dengannya. Menatap nyalang, dia merasa Arif masih saja mencurigainya memikirkan lelaki lain.
"Ya aku ngelamun," aku Khanza. "Mikirin pangeran es yang bisanya marah-marah melulu."
Si Mama menangkap sinyal yang tidak beres dari anaknya. Pasti berantem manja penyebabnya. Dan dia kenal sang anak, paling Arif marah gara-gara Khanza yang selalu bikin ulah. Namun ia memilih tidak ikut campur, biarkan anak muda belajar mengatasi masalah mereka.