Nyawa Khanza rasanya melayang. Pasrah akan nasib, ponsel pun terlepas dari genggaman. Semoga ada bantuan, doanya.
Namun dalam hitungan ketiga, do'a tidak kunjung terkabul juga. Sementara baju sweeter yang ia kenakan sudah memperlihatkan setengah perut mulusnya.
Aldi meneguk saliva. Khanza lebih mulus dari Vera. Segera ia pejamkan lagi mata sebelum khilaf kedua menyerangnya. Maafkan gue, Za. Maafkan gue, Rif.
Sesal bergelayut. Gara-gara kesalahan satu malamnya, Aldi harus mengorbankan banyak orang di sekitarnya.
Vera, Papa, Mama, Khanza, Arif, Sony, dan siapa lagi yang bakalan tertarik dalam pusaran berbahaya ini, batin Aldi.