Membuka jendela perlahan, lukisan tenang membubuhi langit dengan indah. Pagi merekah, senyum mentari begitu cerah. Namun ada secuil hati yang patah, bukan karena kekasih yang marah, tapi takut akan sebuah masalah.
"Bagaimana aku menghadapi hari ini?" gumam Khanza.
Nyali menciut, otak menyusut. Berkecil hati, rencana yang disusun rapi, tetap saja membuat insecrue diri.
"Kalau tidak berhasil bagaimana? Aku tidak mau membuat kecewa semuanya."
Kring!
Sebuah dering ponsel menyentak lamunan Khanza. Dari siapa lagi kalau bukan kekasihnya. Mencebik kesal, ia sungguh masih geram mengetahui Arif pernah datang ke club malam.
"Ada apa?" tanyanya galak.
Lelaki di seberang sana justru terkekeh menanggapinya. "Selamat weekend, Sayang," ujar Arif.
"Sayang-Sayang. Pagi-pagi jangan makan sayang-sayangan," ketus Khanza.
Arif masih melebarkan senyum di bibirnya. "Cie masih marah," ejek Arif.