Mengedarkan pandangan, Arif hanya menemukan orang yang berdiri di samping motor dan pura-pura menelpon saat dia melihat ke sana.
"Orang yang di seberang rumah kamu?" tanya Arif.
"Sepertinya, Yang. Sejak tadi dia perhatiin kamu terus, makanya aku nggak jadi nyamperin kamu," jelas Khanza. "Untung aku lihat sebelumnya."
Arif menghela napas, sesulit ini hubungan mereka sekarang. "Mau Angel itu apa sih?!" kesalnya.
"Sudah pasti dia dendam sama kita, tapi aku tidak tahu rencana dia apa?" lirih Khanza. "Dan untuk tahu itu, kita harus ikuti permainan dia."
Arif mendengkus kasar. "Baiklah. Kalau begitu aku pulang ya?" pamit Arif.
"Eh jangan," cegah Khanza.
"Terus? Kamu mau aku mampir ke rumah kamu, terus orang itu laporan kalau kita baru saja bertemu?" celoteh Arif. "Aku sih, nggak apa-apa. Karena aku memang tidak setuju adanya pura-pura."
"Ya nggak langsung nyelonong masuk juga, Yang."
"Terus?" selidik Arif.
