Seminggu sudah, Khanza tidak mendengar suaranya, tidak melihat tawanya, tidak mendapat kejahilan darinya. Hari-hari cerah yang dulu mereka lewati, dalam sekejap terbanting menjadi sepi.
Seminggu sudah, dia tidak berada di sisi, menghilang dan pergi, tanpa kabar sama sekali. Mau bertanya ke mana, tidak ada yang tahu keberadaannya. Hanya Surabaya—kota yang besar, tapi menelan sang kekasih tanpa kabar.
"Ternyata memang belum siap aku
Kehilangan dirimu. Belum sanggup untuk jauh darimu, yang ternyata membawa sepenuhnya hatiku," gumam Khanza.
Menggenggam ponsel dengan erat, ia hembuskan napas berat. Hati semakin sesak, berkali-kali telpon tidak kunjung di jawab.
"Kamu kemana dalam seminggu ini, Sayang?"
Bahkan ratusan chat dari Khanza pun tidak kunjung berubah centang dua, apalagi berubah warna menjadi biru dan sontak terbaca.
"Kamu benar-benar menghilang seperti ditelan bumi, Rif. Andai aku tahu begini, tidak akan aku izinkan kamu pergi."