Dengan napas ngos-ngosan, Randra menghentikan motornya di depan gadis cantik yang menekuk muka.
"M-Maaf a-aku terlambat," sesal Randra.
Sayangnya Dea sudah terlanjur cemberut, karena menunggu hampir setengah jam lamanya, siap mengeluarkan unek-unek, si gadis bar-bar merancang mengekspresikan kekesalan.
"Kok lama, Sih? jangan-jangan kamu habis goda'in cewek ya?" tuduh Dea.
"Ya ampun, Bi. Pacar capek-capek ngebut bawa motor ke sini, bukannya disambut ramah, malah di bilang godain cewek." Randra hanya mampu menghembuskan napa kasarnya.
"Lagian, kamu lama banget sampainya. Perasaan sudah dari pagi banget bilang di jalan."
"Macet, Sayang. Hari ini 'kan hari senin," alasan Randra.
"Bohong!"
"Nggak, Bi."
"Bohong! Itu cuma alasan kamu saja, bilang saja kamu godain cewe dulu di jalan. Iya 'kan?"
Randra menatap seksama bola mata Dea. Apa sebegitu playboynya aku di mata dia? batin Randra.
"Iya 'kan? Kamu ketemuan sama cewek dulu 'kan?"