"Bukan cewe, De." Randra menunjukkan layar ponselnya yang masih tertera daftar riwayat panggilan terakhir. "Ini dari Edo."
"Tapi tadi lo sebut nama cewe. Siapa ya An-Ange—"
"Angela Maharani," potong Randra membenarkan.
"Nah 'kan? Itu cewekan? siapa dia? Apa jangan-jangan dia target lo selanjutnya?"
Randra sontak terkekeh geli. Bukan menertawakan Dea, tetapi lebih menganggap lucu hubungan mereka. Satu sisi terlihat seperti sepasang kekasih. Saling cemburu dan merasa memiliki satu sama lain. Namun di sisi lain, mereka sadar diri dan masih takut untuk mengungkap rasa dan berakhir hanya dengan teman saja.
"Tadi malam 'kan gue sudah bilang. Gue sedang menyelidiki Angela—wanita yang tiba-tiba datang menghantui Arif. Dia ngaku teman SMP kita, jadi gue tanya teman-teman cowok sekolah gue dulu," terang Randra.
"Yakin cuma tanya teman cowok?"
"Iya, De. Ni periksa saja ponsel gue," suruhnya. Namun saat Dea ingin menjangkau benda pipih tersebut, secepat kilat Randra menyentaknya.