Kring-kring-kring!
Tepat saat bel berbunyi nyaring Khanza dan Arif menghempaskan tubuh mereka pada bangku masing-masing.
"Yang lain masih di kantin kali ya?" tebak Khanza.
"Sepertinya, Za, tapi Randra belum datang kayaknya. Tas-nya belum ada soalnya." Arif pun mengalihkan tatapan dari bangku kosong di sebelahnya pada wajah ayu gadis di depan.
Khanza mengelus perutnya yang terasa sesak. "Kenyang banget, Yang," adunya.
Arif terkekeh. "Tapi tadi mau nambah lagi," sindirnya.
"Habisnya enak banget, Yang," jujur Khanza.
Arif tak menampik itu, kuah dan pentol yang disajikan warung makan itu memang sangat nampol di tenggorokan. "Nanti kita makan di sana lagi ya?" ajak Arif yang tentu saja disetujui riang oleh kekasihnya.
"Dua mangkok ya?" Khanza mengacungkan dua bilah jarinya pada Arif.
"Berapa pun yang kamu mau," sahut Arif.