"Khanza ke mana, sih? Kok lama?"
Celingak-celinguk, pemuda dengan balutan hodie hitam tersebut pun tak kunjung mendapati batang hidung kekasihnya. Lantas merogoh ponsel dalam saku, Arif pun mencari kontak Khanza. Menekan tombol hijau, ia lantas menempelkan layar datar tersebut ke daun telinga.
"Hayo! Telponan sama siapa?"
Arif memegang dada karena kaget luar biasa, sang kekasih datang dan tiba-tiba saja sudah duduk di sampingnya. "Sayang," ujar Arif.
Khanza menampilkan deret gigi rapi. Namun ponselnya yang berbunyi membuat ia memeriksa benda pipih tersebut. Ada nama sang kekasih tertera di sana.
"Lama banget, Yang," protes Arif. "Aku sampai nelpon lo." Lantas mematikan sambungan telpon, ia pun menyimpan lagi benda canggih tersebut ke saku.
Khanza melakukan hal sama. "Maaf," ucapnya tulus. "Aku habis ...."
"Ini apa?" Arif merebut kantong belanjaan Khanza. "Jadi, saking nggak mau dibayarin sama aku, belanja sendiri, nih," sindirnya.