"Gue lupa, Rif," aku Randra yang mengesampingkan dulu tentang Dea—entah ngambek atau benar-benar kebelet sampai dia buru-buru pergi ke toilet.
"Serius lo, Rand," desak Arif yang memang tidak melihat adanya sorot bercanda dari tatapan sahabatnya.
"Serius gue." Pemuda kadal itu sampai mengacungkan jari tengah dan jari telunjuknya. "Seingat gue teman satu angkatan kita nggak ada yang namanya Angel, kecuali wanita itu adik atau kakak kelas kita dulu."
"Nah. Lo saja nggak ingat, apalagi gue," aku Arif.
"Jadi bagaimana ceritanya sih, Rif? Dia nelpon lo? Atau kalian nggak sengaja ketemu?" Faizal jadi sangat penasaran.
"Jadi gini, Fa." Khanza mempersilakan Arif saja yang menjelaskan detailnya. "Kamu saja yang cerita deh, Yang," suruhnya.
Arif menarik napas dan membuangnya secara kasar dulu. Tepat pada saat ia membuka bibir, Dea yang datang dari arah toilet pun bergabung lagi.
Randra mengulas senyum pada gadis bar-bar di sampingnya. "Sudah?" tanya lembut lelaki itu.