"Zia," lirih Sony. Dia tidak percaya kalau gadis cantik itu malah merelakan pipinya demi menghalangi tamparan lelaki tua tersebut.
"Pergi Son," suruh Zia.
"Tapi ...."
"Zia!" murka sang Papa. "Minggir kamu!"
"Please pergi," pinta Zia seraya menatap sendu Sony.
Tak ada pilihan lain, pemuda itu pun berbalik dan segera masuk ke dalam mobil. Namun sebelum ia membawa kendaraan menjauh, matanya menangkap Zia yang di seret paksa masuk ke dalam rumah.
"Maafkan gue, Zi," gumam Sony.
Lantas pulang ke rumah. Seperti dugaannya, sepi seperti tidak ada kehidupan. Menyeret langkah lesu ke kamar, ia berpapasan dengan sang Kakak di tengah tangga.
"Berani juga berurusan sama anak Adelardo dan Wijaya?" sindir sang Kakak yang delapan tahun lebih tua darinya.
Sony tak menggubris, dia memilih melanjutkan langkah menaiki undakan tangga.
"Besok Kakak yang akan memenuhi panggilan sekolah," lanjut lelaki yang nyatanya sudah duda di umur terbilang muda.