Siapa yang bisa bersuara melihat seorang gadis tergeletak tidak berdaya. Di balik rak buku usang di sudut ruangan Khanza pingsan dengan tubuh yang masih menempel pada bangku.
"Khanza," lirih Randra.
Arif melangkah lebar, menghampiri gadis tercintanya. Tangan bergetar melepas ikatan pada kaki Khanza. Mendorong kasar bangku tersebut, ia pun meletakkan kepala sang kekasih di pangkuan. Menyibak rambut panjang Khanza, sontak rahang Arif semakin terbuka. Shock, tidak percaya melihat gadis cupunya tidak sadarkan diri dengan keadaan mengenaskan.
Ya ampun Za? Siapa yang tega melakukan ini Sayang, jerit hati Arif.
Pipi merah bekas tamparan, sudut bibir biru dengan luka robekan. Cetakan ujung kuku membekas pada rahang gadis cupu itu. Perlahan mengangkat tangan Arif mengusap noda darah yang mulai mengental siap membeku. Bisa ditebak kalau Khanza habis mendapat pukulan membabi-buta pada area wajahnya.