Rinai bening menghiasi pagi. Awan hitam posesif menyembunyikan matahari. Meski hujan turun membasahi bumi, setidaknya tetap tersimpan kehangatan dalam secercah hati Arif pagi ini. Begitupun dengan Khanza, semangat masih tersisa karena sang kekasih yang selalu berada di sampingnya.
Memoleskan sedikit bedak, ia pun tak lupa mengaplikasikan lip gloss pada bibirnya. Masih belum pede, jika ia harus sekolah dengan membuka kuncir pada rambut. Hanya saja Khanza mulai merubah model kaca mata, ia memakai model yang lebih modern untuk kalangan anak muda saat ini.
Turun ke bawah, ia menuju ruang makan. "Mana Kak Zay, Ma?" Sontak yang ia cari adalah sang Kakak jahilnya.
"Kakak kamu sudah pergi sepuluh menit yang lalu," sahut sang Papa yang datang beriringan bersama Arif dan Randra.
Khanza sontak menunduk lesu. "Kebiasaan," lirih Khanza.