Zay mengusap kasar wajahnya penuh frustasi. Dia paling tidak suka kalau Khanza sudah seperti ini.
"Kamu belum bilang sama dia?" tanya sang Papa mengusap lembut punggung anaknya.
Zay menggeleng. "Papa tahu Khanza 'kan? Mana izinin dia kalau Zay bilang mau pergi."
"Nanti biar Mama yang bicara sama dia," tukas Karina.
"Percuma Ma. Dia pasti sudah ngurung diri di kamar." Tebakan Zay tepat sasaran, Khanza membanting keras pintu dan lantas memutar anakan kunci. Menelungkupkan diri di kasur, gadis cupu itu pun menangis sejadi-jadinya.
"Kamu pergi saja ya Mas. Jangan mikirin Khanza, biar dia nanti kami yang urus." Sisi tahu suaminya itu pasti sekarang berat untuk pergi.
"Iya Zay. Nanti biar Papa sama Mama bujuk dia pelan-pelan seperti biasa."
"Tetap saja rasanya tidak tenang Pa. Apa Zay batalkan saja kerja samanya," tukas Zay.
Hening. Semuanya terdiam. Mereka tidak tahu mau menjawab apa. Sementara Randra, dia tidak mau ikut campur tentang keluarga temannya.