Perlahan melangkah dari sembuhnya hati yang patah. Menggapai kembali jiwa yang rapuh dengan cinta yang masih utuh. Semoga jiwamu luluh dengan kekuatan cintaku yang tangguh._Khanza Arisha_
***
Sepeninggal Zay, Khanza beralih tempat duduk ke samping Arif. Dia tertawa bahagia karena sudah mendapat izin dari Kakaknya itu.
"Gimana rayu Kak Zay sih? Kok, bisa main setuju aja?" tanya Khanza.
Gadis cupu itu masih merasa tidak percaya. Kakaknya yang ia kenal paling teliti soal kehidupannya justru menaruh kepercayaan pada Arif begitu saja. Padahal mereka baru beberapa bulan kenal.
"Adiknya aja bisa di rayu, apa lagi Kakaknya." Arif mencolek gemas hidung Khanza.
"Apa'an sih, ingat batas wajar," sindir Khanza memajukan bibir bawahnya.
"Iya, wajar kalau nggak khilaf." Arif tertawa melihat muka Khanza yang bersemu merah.
"Kamu, sering banget khilafnya," celetuk Khanza yang sontak menutup mulutnya dengan kedua tangan. Aku salah bicara nggak ya? batin gadis itu.