Jack menoleh pada Karina yang sedang menunggu jawabannya. "Aku akan menyuruh orang-orang ku untuk menemukan Dave untukmu!" Jawabnya.
Karina sontak membelalakan matanya. "Jadi kamu menipuku? kamu tidak tahu Dave dimana?" Karina berteriak seolah Jack benar-benar membodohi dia, meskipun sebenarnya iya!
"Kamu cukup tinggal disini, maka kamu akan lebih mudah bukan menemukan Dave. Jika kamu pergi sendirian mencarinya, belum tentu kamu akan menemukan dia."
Karina berpikir ucapan Jack ada benarnya juga. "Kalau begitu aku benar-benar akan mempercayai mu kali ini, tapi ingat Jack kamu harus menemukan Kakak ku!"
Jack mengangguk dan membuat Karina percaya padanya. Padahal lelaki itu hanya tertawa di dalam hati, ia tak peduli pada ucapan Karina, ia hanya ingin bersenang-senang bersama wanita itu terus menerus.
Jack membuka paksa selimut yang menutupi tubuh Karina dan menggendongnya ke jagucci di depan ranjangnya. Ia menidurkan Karina disana, kemudian menyalakan air. Gadis itu terus berteriak, tetapi Jack seakan tak mendengar sampai mereka berdua menyatukan diri lagi di dalam jagucci yang hampir terisi air sepenuhnya.
Karina lebih rileks kali ini, ia berharap Dave segera datang dan membawanya pergi dari bajingan yang sedang menikmati tubuhnya itu.
Jack sangat terpuaskan oleh Karina. Setelah puas, Karina di suruh memakai baju milik Jack yang ada di kamarnya, Karina kebingungan dan hanya mengambil sebuah kemeja putih berukuran sangat besar, hampir menutupi lututnya.
"Aku lapar sekali!" Lirih Jack.
Karina menoleh ke arah lelaki itu, ia melawan harga dirinya di depan Jack dan kini berniat menuruti keinginan lelaki itu. Lagi pula ia sudah kotor pikir Karina.
"Aku akan memasak untukmu!" Ucap Jack.
Tanpa basa basi, Karina keluar dari kamar itu, ia turun ke lantai satu. Tampak para asisten rumah tangga termasuk Nyonya Emily menatapnya. Mereka menerka-nerka biasanya wanita yang masuk ke rumah ini akan keluar dalam waktu beberapa jam! Namun sudah tiga hari Karina berada di kediaman Jack.
"Nona ada yang bisa saya bantu?" tanya Nyonya Emily.
"Bolehkah aku memakai dapur sebentar? Tuan Jack ingin makan sesuatu!" Jawab Karina.
Para asisten itu saling tatap, Jack hanya memakan makanan yang di masak oleh chef, selain itu ia juga harus melihat chef itu memasaknya. Bagaimana bisa Jack percaya pada orang yang baru di kenalnya.
"Apakah Nona mau masak?"
Karina mengangguk. Nyonya Emily menyuruh semua orang keluar dari dapur utama! Hanya ada dia dan Karina saja.
"Apa yang mau Nona masak?" tanya Emily.
Karina menatap meja di dapur yang dipenuhi sayuran dan juga daging beserta ikan segar.
Karina tampak berpikir agak lama."Aku akan memasak daging ini!" Karina menunjuk daging sapi kualitas terbaik.
Nyonya Emily hanya mengangguk, melihat Karina mulai melakukan tujuannya. Gadis itu tampak sangat pintar dalam masak! Ia merendam daging sapi itu dengan air nanas, kemudian menyiapkan bumbu-bumbu yang dibutuhkan nya. Setelah itu ia memotong dadu daging yang sudah tampak sangat empuk begitu pisau dapur menyentuh nya.
Disela-sela Karina memotong daging, Nyonya Emily membuka suara. "Nona, namamu Kara Selorin?" tanya Emily.
"Ya, aku adik Dave Selorin! Ayahku, bernama Selorin. Apa kau mengenalnya Nyonya?" tanya Karina dengan senyuman yang terlukis di wajahnya.
Nyonya Emily terdiam seketika. "Entahlah Nona, aku tidak terlalu ingat."
"Aku kemari karena mencarinya! Ayahku sangat merindukan kak Dave! Hampir tiga tahun dia tidak pulang, bahkan tidak mengirim kabar."
Mendengar ucapan Karina membuat hati Nyonya Emily sakit. Ia seakan tak mampu berbicara lagi di depan gadis itu, di saat dia mengetahui segalanya.
Karina masih menyunggingkan senyuman, ia mulai memasukan bumbu-bumbu yang dibuatnya kedalam wajan anti lengket. Kemudian ia memasukan daging dan mulai memasaknya dengan menambahkan segelas air penuh.
Tiga puluh menit berlalu, Karina mulai menaruh masakannya di piring berwarna putih dengan ukuran lebar. Menambahkan tomat segar dengan taburan lada hitam yang menggoda.
"Apa Nona mau nasi?" tanya Emily.
Karina mengangguk, kemudian Emily membantu mengambilkan semangkuk kecil nasi. "Nyonya, bolehkah aku meminta dua mangkuk! Aku akan makan di atas bersama Jack."
Emily membelalakkan matanya. Ia tidak pernah melihat Jack makan di rumahnya. Lelaki itu terkenal sangat bersih dan memiliki aturan nya sendiri. Namun mengingat masakan itu diminta oleh Jack, Nyonya Emily pun tidak bertanya lagi dan memberikan semangkuk nasi lagi.
"Terimakasih Nyonya!" Ucap Karina, ia kembali menapaki tangga menuju kamar Jack, membawa sebuah nampan berisi masakannya dengan dua mangkuk nasi.
Ia tak membawa air, karena di kamar Jack sudah tersedia.
Karina mengetuk pintu Tuan muda itu. "Masuk!" Jawab Jack.
Karina berusaha mendorong pintu itu dengan punggungnya sementara tangannya membawa nampan. "Ah, berat sekali pintumu!" ucapnya.
Jack yang hanya memakai celana pendek selutut melihat tingkah Karina. "Apa yang kau lakukan?" tanya Jack.
"Membawakan mu makanan."
Karina menaruh makanan yang dibawanya di atas meja kecil di pinggir jendela besar kamar itu.
"Aku tidak pernah makan di kamar!"
"Ah, aku akan membawa turun lagi!" Jawab Karina, tatapan datar Jack membuatnya sangat takut.
Baru saja ia akan membawa kembali makanan itu, Jack memanggil. "Hei, taruh saja disitu! Aku akan mencobanya."
Mendengar itu Karina sedikit lega. Jack bangkit dari ranjangnya kemudian berjalan dan duduk di kursi meja makan pribadinya itu.
"Kenapa kamu bawa dua mangkuk nasi?" tanya Jack.
"Un- untukku dan untukmu Tuan," Karina menjawab dengan terbata-bata.
"Lalu kenapa kamu tidak duduk?"
Lagi-lagi Karina kaget dengan jawaban Jack. Setiap pria itu membuka mulutnya, seakan ia berada di ambang kematian karena takut salah berkata.
Gadis itu menarik kursi dan duduk di depan Jack. "Apa kamu meracuniku? aku tidak pernah makan masakan yang tidak aku lihat cara masaknya."
Mendengar ucapan Jack, Karina mengambil karet yang berada di pergelangan tangannya. Ia kemudian mengikat rambutnya yang baru saja kering setelah mandi itu. Pemandangan itu membuat Jack memperhatikan rahang Karina yang sempurna, dengan bulu-bulu rambut kecil yang tersisa ketika ia mengikat rambutnya.
Jack menyadarkan dirinya. Padahal ia sudah sering menghabiskan waktu dengan wanita-wanita cantik di pelosok negeri! Tapi Karina adalah gadis yang menarik perhatiannya dengan pesona sederhana nya itu.
"Heh, apa kamu berpikir aku meracuni kamu sebelum kamu mengatakan dimana Kakak ku?" ucap Karina, kemudian ia mengambil garpu dan mengambil daging dadu yang dimasak nya, ia mengunyah tepat di depan Jack.
"Ah, enak sekali! Jika kamu tidak mau tidak usah makan, aku akan menghabiskan nya." gertak Karina.
Wangi masakan itu menggoda penciuman Jack. Ia kemudian dengan lemah menggerakan garfu dan mengambil daging dengan cara yang sama seperti Karina lakukan.
Ia mengunyahnya pelan, ia merasakan sensasi bumbu yang pas dengan daging yang super empuk dan lembut di mulutnya. "Ah, minum cepat!" Jack tiba-tiba berteriak setelah mengunyah beberapa saat.
Karina panik dan segera mengambil air untuk Jack dari dalam kulkas di kamar itu. "Kenapa?" tanya Karina.
Jack masih minum air mineral dari botolnya itu hampir setengahnya. "Ini sangat pedas, aku tidak bisa makan daging pedas Karina!" Jack berteriak.
"Aku tidak tau kamu tidak memakan makanan pedas Tuan, maaf!" Karina tampak menyesal.
Jack mengelap keringat di kepalanya. "Tapi ini tidak akan pedas jika kamu memakan na dengan nasi Tuan!" Lanjut Karina.
Baru saja Jack akan membuka mulutnya, Karina menyendok nasi dengan daging dan memasukkan nya kedalam mulut Jack.
Jack kaget namun giginya mengunyah makanan itu. Benar saja, tidak terlalu pedas, walau sensasi panas nya tetap ada.
Ia tidak pernah memakan makanan pedas karena perutnya yang sensitif, namun anehnya ia bisa meminum alkohol tanpa berhenti dan itu baik-baik saja.
"Makan saja nasinya, agar pedasnya hilang Tuan." ucap Karina.
"Tidak, aku akan memakan dagingnya juga! Em, aku memakan nya karena kamu sudah susah payah membuatnya." Jack menutupi rasa antusias nya tentang masakan Karina, ia juga menjaga harga dirinya sehingga tidak memperlihatkan bahwa ia ingin makan masakan gadis itu.
Jack menyendok lagi dan lagi daging dengan nasi yang di bawa Karina! Bahkan ia menyuruh gadis itu mengambilkan lagi nasi untuknya. Karina tersenyum simpul melihat Jack untuk pertama kalinya seperti manusia normal.