"Cepat bangun aku akan membantumu!" Jack mengulurkan tangannya.
Tapi Karina bangkit sendiri, dengan tulang nya yang sedikit sakit. Bahkan sikut gadis itu memar.
"Sakit?"
"Tidak, hanya seperti di setrum."
Karina sepertinya malu, ia berjalan ke arah toilet. Namun langkahnya tertahan dan berbalik. "Bolehkah aku menggunakan toilet mu?" tanya Karina pada Jack.
Jack hanya mengangguk pelan. "Apa kamu bertanya karena ingin aku masuk ke sana bersama mu?"
Karina kembali membalikan tubuhnya dan segera mengunci pintu toilet Jack dari dalam. "Dasar laki-laki pikirannya mau enaknya saja." Karina menggerutu sembari membuka baju dan mandi. Ia melihat ke arah lain toilet itu, semua barang-barang nya tertata rapi.
"Ah, dia ternyata mencintai kerapihan." Lirih Karina.
Gadis itu keluar dari kamar mandi setelah menyelesaikan mandi nya. Hanya menggunakan handuk putih yang menutupi tubuh cantiknya itu. "Jack, apa aku boleh memakai baju mu lagi?" tanya Karina.
"Pergi ke kamar sebelah banyak baju disana, kenapa kamu suka baju pria yang bahkan gombrong ketika di pakai olehmu."
"Aku tidak suka baju ketat."
"Karina hanya diam dia berwajah pucat sekali,"
Tanpa mendengarkan lagi ucapan Jack, Karina berjalan ke ruangan yang disebutkan nya itu untuk mengganti baju.''
"Nona, apa ada yang bisa saya bantu?" Nyonya Emily menghampiri Karina yang lemas.
"Nyonya, apakah ada pembalut?"
"Nona sedang datang bulan?"
Karina mengangguk. "Benar, sakit sekali! Aku selalu mengalami hal seperti ini setiap bulan."
"Tunggu sebentar saya akan ambil di bawah."
Nyonya Emily pergi ke lantai satu, dan dia kembali dengan membawa pembalut untuk Karina.
Gadis itu segera memasuki toilet dan memakainya. Nyonya Emily pengertian dan memberikan gadis itu baju cukup longgar agar tidak membuat perutnya tambah sakit.
"Tidur saja, biasanya sakit karena menstruasi akan berkurang setelah tidur!"
Karina mengangguk paham.
Jack kemudian mandi, setelah ia mengganti baju ia baru sadar Karina tidak kembali ke kamarnya. Mungkin dia sarapan, pikir Jack.
Laki-laki itu keluar menuju lantai satu. "Nyonya, dimana gadis itu?"
"Nona Karina Tuan?"
"Ya!" jawab Jack.
"Di lantai atas, dia sedang sakit." jawab Emily.
"Bukankah tadi dia baik-baik saja?" Jack bingung.
"Memang seperti itu Tuan, perempuan sama setiap bulan."
Jack kemudian melanjutkan sarapannya. Jack kembali ke lantai dua untuk melihat Karina.
Begitu ia membuka pintu gadis itu sedang meringis memegang perutnya, Jack panik mengira Karina benar-benar sakit parah sehingga membuatnya berlari menghampiri gadis itu.
"Kenapa?"
"Sakit!" jawab Karina segera.
Jack membuka kancing kemeja yang di kenakan nya. Kemudian ia memanggil Nyonya Emily dari depan pintu kamar itu.
"Nyonya, Karina kenapa?"
"Dia sedang datang tamu bulanan Tuan."
"Tamu bulanan?"
"Ya, menstruasi Tuan."
"Apakah sesakit itu?"
"Iya, ada yang ringan ada yang berat. Sakit PMS parah itu dikategorikan rasanya seperti serangan jantung."
"Bilang David untuk mengurus semua urusan saya di Kantor. Saya hari ini tidak masuk kerja."
"Nyonya Emily mengangguk."
Baru saja ia melangkahkan kakinya pergi. Jack kembali memanggil. "Nyonya, apakah ada cara meringankan sakitnya."
Nyonya Emily membalik tubuhnya segera. "Mengompres nya dengan air hangat Tuan."
"Baik minta air itu."
Nyonya Emily tersenyum simpul.
Jack duduk di ujung ranjang dengan menatap wajah Karina yang sedari tadi tak membuka matanya. Kaki gadis itu dingin, saat Jack tak sengaja menyentuh nya.
Para asisten rumah tangga di bawah, sedang membicarakan kelakuan bos besar mereka. Ini untuk pertama kalinya Jack menunda bekerja hanya demi seorang wanita.
Bahkan seperti diketahui, sebelumnya Jack malah selalu membuang bekas wanita yang ia tiduri. Tapi Karina, benar-benar ia perlakukan berbeda.
Nyonya Emily kembali ke atas memberikan bantalan kompresan untuk Karina setelah menyuruh putranya ke kantor menggantikan Jack.
Jack tampak telaten menaruh air hangat itu di perut Karina. Nyonya Emily juga membuatkan teh manis serta makan di kamar Karina.
Dua jam berlalu, Karina terbangun. "Tuan Jackk, anda disini?"
"Ya, kebetulan saya tidak ada kerjaan. Apakah kamu kesakitan seperti ini ketika datang bulan?"
Karina mengangguk. "Apa kamu mau makan sesuatu?"
Karina menggeleng.
Mereka menjadi semakin serba salah karena jawaban Karina yang singkat.
Jack kemudian keluar dari kamar Karina. "Kamu bisa memanggil asisten rumah tangga diluar jika butuh sesuatu." ucapnya sebelum membuka pintu, kemudian hilang dari pandangan Karina.
Jack ternyata menyuruh sekitar 10 asisten berdiri di depan pintu kamar Karina.
Satu jam berlalu, Jack lewat di depan kamar gadis itu, kemudian karena penasaran ia bertanya pada Asisten rumah tangga nya itu. "Hei, apa Karina sudah minta sesuatu?"
"Belum Tuan," jawab salah satu pegawai itu.
Jack memijat keningnya, ia berjalan mendekati pintu kamar Karina. Tapi ia kemudian berbalik. Membuat heran para Asisten rumah tangganya itu.
Tapi rasa penasaran Jack akhirnya membuatnya membuka ponsel dan mencari cara membuat mood gadis yang sedang menstruasi bagus. Kemudian dari hasil pencarian nya di internet, ia membaca bahwa gadis itu harus merasa senang dengan pemandangan yang indah.
Jack kemudian masuk ke kamar Karina, kebetulan gadis itu sedang meminum teh manis nya.
"Hai, udah mendingan?"
Karina mengangguk. "Mau ikut denganku?"
"Kemana?"
"Ikut saja denganku."
Karina pun yang masih memiliki ketakutan pada Jack hanya menurut dan bangun dari ranjang itu. Mereka pergi berjalan ke luar rumah, dan menuju halaman rumah Jack.
Ini pertama kalinya Karina kesan. Sebelumnya ia hanya berjalan-jalan di area pacuan kuda dengan nyonya Emily.
"Wah!" Karina mencium aroma udara segar di sekitarnya.
"Gimana?" tanya Jack.
"Apa?"
"Apakah sudah baikan?"
"Apa kamu mengajak ku kesini untuk merasa lebih baik?"
Jack terdiam, ia mengalihkan pandangannya ke sembarang arah.
"Terimakasih Tuan Jack." ucap Karina dengan senyuman nya.
Jack melirik wajah gadis itu yang terlihat senang.
"Panggil aku Jack ketika kita berdua!"
Karina kaget lada lelaki itu. Namun ia tetap mengangguk.
"Jack," ucap Karina.
Ini lah pertama kalinya Karina memanggil lelaki itu dengan namanya saja. "Apa?"
"Batang itu, untuk apa?" tunjuk Karina, lada sebuah batang kayu kokoh yang berdiri tegak tepat sejajar dengan tubuhnya.
Jack menatap kayu yang di maksud Karina. Pandangannya terpaku, bayangannya pergi pada kejadian ia menembak Dave, kakak gadis itu.
"Jack," Karina menyadarkan Jack dari lamunannya.
"Ah, untuk latihan menembak ku."
"Wah, selain pacuan kuda! Kamu juga punya lapangan tembak sendiri, tapi bukan manusia kan yang berdiri di sana." Karina tersenyum menggoda Jack, bahkan senyumnya terlihat sempurna.
Sedangkan Jack merasa ada sesuatu yang menyelinap nyeri ke hatinya. Andai gadis itu tau kenangan apa yang ada di sana, mungkin dia akan histeris. Dan bukan senyuman yang akan Jack lihat sekarang, melainkan tangisan darah.
"Jika kamu sudah selesai dan keadaan mu membaik, ayo kembali ke dalam." Jack mengatakan itu kemudian masuk lebih dulu.
Karina melihat Jack begitu saja. "Dasar, baru saja dia terasa hangat sekarang sudah menjadi es batu lagi." lirih Karina, sembari mengikuti langkah Jack.