Perlahan Angga membuka jendela kamar tempat tinggal sementaranya itu. Ia menatap cahaya bulan dengan tatapan menerawang. Bulan itu masih biasa saja, bersinar seperti layaknya malam-malam lainnya. Seolah membisu menyaksikan kegalauan Angga.
Setelah mendapat kabar dari bu Winda tentang ayahnya yang jatuh sakit, ia berdiskusi dengan Alexa.
Diskusi yang cukup melelahkan hatinya. Ia tak tahu harus mengambil keputusan yang mana. Sebab semua keputusan ada resiko yang harus ia tanggung.
"Aku harus bagaimana?" gumam Angga sambil mendongak ke atas langit. Ia masih memandangi cahaya rembulan yang nampak jelas di penglihatannya. Seolah wajah Alexa yang terlukis pada rembulan yang berbentuk bundar tersebut. Ia melihat wajah sedih yang tertahan pada wajah Alexa saat ia memberitahukan niatannya untuk pulang menemui sang ayah.
Tiba-tiba saja, ponsel Angga berbunyi. Bunyi singkat yang ia dengar dari ponsel tersebut, menandakan ada pesan yang masuk ke dalam ponselnya.