Angga keluar dari rumah itu dengan perasaan kecewa, marah dan terluka. Semua perasaan bercampur jadi satu. Ia tidak menyangka hari ini akan mendapatkan serangan yang membuat jiwanya terguncang. Perasaan yang sama saat kehilangan Nera dan ibunya.
Otaknya benar-benar tak bisa mencerna maksud ayahnya. Bagaimana bisa ayahnya tega menghianati anaknya.
"Ayah, kamu gila! Bukankah dia sepatutnya menjadi anakmu daripada menjadi istrimu?!" desisnya gusar.
Angga melajukan mobilnya tak tentu arah. Ia tak tahu harus pergi ke mana. Tak ada tempat yang menjadi tujuannya saat ini.
Drrt ... Drrrtt ...
Ponselnya kembali bergetar. Entah sudah bergetar untuk keberapa kali dalam satu waktu itu. Angga tak menggubrisnya. Ia menebak bahwa ponselnya bergetar karena ada panggilan masuk dari ayahnya. Ia menduga ayahnya mencarinya.
Perlahan ia melambatkan laju mobilnya ke sebuah taman. Taman dengan danau di depannya. Sebuah bangku taman yang kosong menjadi tujuannya saat ini.