Mobil Teti berbelok memasuki gerbang SMA dibuntuti mobil yang dikemudikan Ikhsan. Perasaan Rini sudah tak menentu lagi, ini pertama kalinya dia menginjakkan kaki di sekolah yang begitu dia impikan. Berbekal beasiswa prestasi, Rini bisa bersekolah di sana. Namun takdir berkata lain, usahanya mendapatkan beasiswa agar bisa sekolah tanpa mengeluarkan biaya harus terhenti.
Baginya memperjuangkan kesembuhan sang ibu jauh lebih penting dari pada cita-cita dia. Berat hati Rini meninggalkan bangku SMA, masa putih abu-abu yang bagi sebagian orang menjadi masa-masa mengukir kenangan indah di kala remaja. Namun berbeda bagi Rini. Masa putih abu-abunya dipaksa terhenti diganti masa remaja yang kelam di lembah hitam.
Rini keluar dari mobil dengan menggendong Gendis. Namun Ikhsan mengambil alih menggendong Gendis. Mereka berjalan beriringan menghampiri Teti dan suaminya yang sudah menunggu dengan kedua anak mereka.