Hari bergulir mengganti senja menyambut malam. Fajar terbit disusul sinar benderang sang mentari. Hingga tibalah bulan Ramadan, bulan mulia yang sangat dinantikan para kaum Muslim. Begitu cepat waktu berputar meninggalkan setiap kenangan. Memupuk sebuah harapan. Harapan yang tanpa arah dan sesal kian meradang ketika setiap bulan sang tamu bulanan datang memupuskan harapan akan datangnya benih cinta yang bersemayam di perut Dinda hingga cukup bulan.
Bulir bening kembali menetes, entah keberapa kalinya dia menangis ketika mendapati tamu bulanan yang hadir.
"Kenapa, Sayang?" tanya Andi.
Wajah istrinya yang senantiasa ceria kini bermuram durja. Pandangan mata Andi menangkap mata istrinya memerah.
"Dapet?"
Maksud Andi bertanya 'Dapet' adalah dapat tamu bulanan, yang belakangan ini membuat istrinya uring-uringan dan langsung merubah moodnya secara drastis. Dinda menjadi lebih melankolis dengan kalimat pesimis yang sering dia lontarkan ketika mendapatkan haidnya.