"Ini enak banget loh, Bu," puji Sinta pada si Ibu pedagang.
"Iya jempolan banget, gak kalah sama masakan restaurant ya, Sin," tambah Dinda.
"Terima kasih, Mbak, tapi tempatnya seadanya begini. Mbak baru makan di sini?"
"Iya, Bu. Ini sih diajak teman saya mau ke …, tapi laper jadi mampir dulu buat isi perut," ucap Dinda menyebutkan nama tempat yang akan mereka tuju.
Ibu pedagang terlihat mengernyitkan dahi mendengar Dinda menyebutkan tempat prostitusi yang tidak jauh dari sana.
"Maaf nih, Mbak. Mbak tahu itu tempat apa?" tanya ibu pedagang dengan raut penasaran.
"Tempatnya Ulat Bu…, eh maksudnya tempat itu Bu, wanita kayak begitu tuh," jawab Sinta bingung mendeskripsikan tempat yang mereka tuju.
"Maaf lagi nih, Mbak. Ada keperluan apa mbak-mbak mau kesana? Soalnya di sana kalau jam segini masih sepi, paling menjelang magrib mulai ramai," jelas si ibu perlahan.
Sinta menjelaskan maksud tujuannya mencari tempat tersebut hanya untuk berdiskusi dengan wanita yang disebutnya Ulat Bulu sebagai bahan risetnya. Sinta terpaksa berbohong karena tidak mungkin, dia mengatakan ingin belajar menjadi gatel seperti para ulat bulu.
"Oh, kalau Cuma untuk wawancara, itu ada tetangga ibu ada dua yang bekerja di sana, mau ibu antar?" tawar si Ibu pedagang yang ternyata bernama Yayuk.
"Wah terima kasih, Bu. Jauh gak, Bu? Kami bawa mobil di sana." Sinta menunjuk mobil yang dia parkir di depan gerbang masjid.
Bu yayuk pamit pada suaminya untuk mengantarkan Sinta dan Dinda menemui tetangganya yang berprofesi sebagai Pekerja Seks Komersil (PSK). Mereka memilih naik mobil karena rumah bu Yayuk agak jauh kalau ditempuh dengan berjalan kaki.
"Assalamualaikum, Ning, Nining." Yayuk mengetuk pintu rumah yang terletak persis di depan rumahnya.
"Masih tidur, Bi Yayuk," teriak seorang wanita yang rumahnya bersebelahan dengan Nining.
"Wah kebetulan Rin, ini ada tamu nyari kamu dan Nining," jawab Yayuk. Dia mengajak Sinta dan Dinda ke rumah Rini.
"Kalau Nining belum bangun sama Rini saja ya, Mbak?" tanya Yayuk pada Sinta dan Dinda. Sinta mengangguk dan mengikuti langkah Yayuk menuju rumah Rini.
Yayuk memperkenalkan Rini pada Sinta dan Dinda, kemudian dia pamit untuk kembali ke warung tenda. Tidak lupa Sinta memberikan selembar uang seratus ribu sebagai tanda terima kasih karena Yayuk sudah mengantar mereka ke rumah Rini. Setelah kepergian Yayuk, Sinta langsung menyampaikan maksud tujuan kedatangan mereka pada Rini.
"Saya minta maaf kalau kedatangan kami mengganggu dan mungkin ada pertanyaan kami yang nanti menyinggung perasaan Mbak rini. Kedatangan kami murni hanya karena ingin tahu bagaimana Mbak Rini menjalani pekerjaan sebagai …." Sinta sengaja tidak menyebutkan profesi Rini.
"Kalau mesti jujur, saya pribadi melayani suami sendiri saja kadang ogah-ogahan dan kewalahan," papar Sinta pada Rini.
Rini berusia 25 tahun dengan rambut hitam dan lurus, bibir sensual dan hidung mancung hasil suntik filler terlihat sangat jelas di mata Sinta, hal itu mungkin untuk menunjang penampilan Rini agar terlihat lebih cantik dan menggoda.
"Wah, Mbak, sayang dong cantik-cantik gini kalau ogah-ogahan ngelayani suami nanti suami mbak pada lari nyari saya, meskipun dilihat dari segi wajah dan penampilan saya kalah jauh. Apa lagi ngeliat mbak Sinta, cantik gini. Duh kebanting saya mah gak ada apa-apanya nih," ujar Rini blak-blakan.
Rini menceritakan rata-rata lelaki yang menjadi pelanggan wanita seperti dia itu disebabkan bukan hanya karena istri di rumah tidak mampu menyeimbangi kebutuhan biologis mereka, tetapi juga komunikasi dan perhatian yang tidak mereka dapatkan dari sang istri.
"Laki-laki itu gak cuma nyari yang cantik kayak mbak. Mbak cantik kalau gak bisa urus suami, kasih perhatian dan pelayanan ekstra ya percuma, nanti ujug-ujug suami mbak datang nyari saya. Pada dasarnya lelaki itu sama mbak, sudah fitrahnya ingin dilayani, apalagi bagi mereka ML itu obat penghilang lelah paling ampuh. Pelanggan saya banyak yang gak bisa tidur kalau belum begituan, tapi karena istrinya menolak melayani mereka setiap malam, larilah mereka ke kita. Ingat loh mbak melayani, bukan dilayani," tegas Rini.
Maksud dari melayani ini bagaimana, Mbak?" tanya Dinda yang merasa bingung dengan perkataan Rini.
"Ya kalau melayani itu saling memuaskan, Mbak. Jangan maunya di bawah terus, sekali-kali gantian mbak yang goyang di atas, biar bisa bebas berekspresi. Kata pelanggan saya mah, wanita tuh terlihat sekian ratus lebih sexi dan hot kalau lagi goyang di atas. Aura cantiknya berlipat ganda, Mbak. Eh, maaf terlalu vulgar ya?" Rini menepak dahi melihat ekspresi Dinda yang terlihat kurang nyaman.
Rini juga menjelaskan kalau menurut para pria hidung belang yang datang ke tempat kerjanya, rasa sakit dan nyeri yang para pria rasakan setelah bekerja seharian itu membuat tidur atau aktivitas sehari-hari jadi terganggu dan berhubungan seks bisa mengurangi rasa lelah, sakit dan nyeri yang mereka rasakan.
Pasalnya setelah orgasme yang menstimulasi aliran darah bisa membuat nyeri di bagian tubuh tertentu, misalnya di kepala, jadi sedikit berkurang. Selain itu manfaat bercinta untuk kesehatan bisa dirasakan ketika hormon dopamin dan endorfin yang dilepaskan membuat mereka merasakan nikmat, puas, dan leganya orgasme setelah bercinta.
Berhubungan intim juga merupakan sebuah aktivitas fisik yang menyenangankan dan dapat meningkatkan suasana hati mereka serta mengurangi munculnya sinyal stress yang dikirim ke otak.
"Masalahnya, banyak para istri yang lupa tugas utama mereka itu melayani suami. Mereka terlalu fokus ngurus anak dan rumah, giliran suami minta jatah sudah loyo duluan, ya jangan salahkan mereka nanti lari nyari saya. Saya mah setelah beres-beres rumah tidur mbak, stok tenaga buat malam menyambut tamu. Tapi gak jarang juga sih yang datang ke tempat kita cuma untuk ngobrol sama grepe-grepe aja gak berakhir di ranjang."
"Kok bisa mbak?" selidik Sinta.
"Sebenarnya komunikasi suami istri itu jauh lebih penting dari segalanya, bukan melulu soal hubungan ranjang. Laki-laki kadang lebih suka menghabiskan malam mereka bermanja-manja dengan pasangan, pahala loh mbak ngerayu dan manja di depan suami sendiri. Gak kaya saya dapat dosa," aku Rini diakhiri tawa.
Sinta dan Dinda pun bertanya tips apa yang Rini lakukan supaya tenaga dan moodnya selalu siap melayani pelanggan.
"Kalau tenaga sih cukup istirahat aja mbak, cuma mood ini yang sering mengganggu, kalau saya sih bangun mood bagus itu dengan dengerin lagu-lagu romantis atau nonton film romantis kayak Drakor tuh, Mbak. Imajinasi saya kadang suka bayangin jadi pemeran di film itu, ya nanti dipraktekkan buat ngerayu pelanggan mbak. Wanita kaya kita dituntut untuk agresif sih, meskipun pelanggan yang datang jelek, saya bayangin aja lagi ngerayu Lee min Hoo."
Sinta dan Dinda tertawa mendengar pengakuan jujur dari Rini. Memang tidak bisa dipungkiri, lelaki yang datang mencari jasa wanita seperti Rini tidak melulu ganteng dan wangi. Rini terkadang harus memandangi foto oppa-oppa Korea yang ganteng-ganteng di ponsel dia untuk membangkitkan semangat ketika hendak melayani tamu yang tampangnya kurang enak dipandang.