Grizelle keluar mengunakan dress pendek yang membuatnya tampak semakin anggun. Rery yang melihatnya terdiam karena rasa kagum.
"Ekhem! Bungkus semua yang dia coba," ucap Rery kepada pelayan toko.
Mendengar hal itu Grizelle merasa panik. Dia tidak mungkin sanggup membayar benyak pakaian dengan harga setinggi itu.
"Sudah tenang saja. Itu hadiah untukmu. Dan pakaian yang kamu pakai sekarang, pakai saja. Pakaianmu akan ikut dibungkus," ucap Rery. Pria itu segera melangkah meninggalkan Grizelle yang hendak berbicara.
"Apa tidak masalah aku mendapat semua ini? Apa dia sangat kaya?" gumam wanita yang tengah mengenakan dress baru. "Bukankah aku memang ingin hidup kaya dengan pria tampan? Apa ini memang jawaban dari doaku?"
Memikirkan hal itu, perasaannya mulai membaik. Dia pun tanpa sungkan mengenakan dress itu dengan bangga dan bergegas menghampiri Rery.
"Bos, tidak tahu apa aku pantas menerima semua ini. Tapi ... terima kasih," ujar Grizelle. Wajahnya berseri-seri dan membuat Rery tersipu malu. "Oiya. Tapi Bos tetapi harus membayar gajiku ya," imbuhnya. Wanita itu tersenyum lebar sambil menatap Rery.
"Ah, aku tahu kamu memang gadis yang tidak tahu malu. Tapi tidak kusangka separah ini," ucap Rery. "Tenang saja, gajimu utuh dan akan kukirim." Pria itu menggeleng dan berbalik. Ia segera menyelesaikan pembayaran.
Begitu keluar dari toko sembari membawa banyak tas, Rery menawari Grizelle untuk pergi membeli makan. Namun, wanita itu menolak karena dia merasa tidak enak hati meski tidak disampaikannya.
Sebenarnya Rery tahu apa yang dikhawatirkan Grizelle. Dia juga tahu bahwa wanita di sampingnya saat ini tengah merasa lapar. Namun, pria itu tidak ingin membebani Grizelle dengan memaksanya.
Setibanya di apartemen, Rery membantu Grizelle memasukkan semua tas belanjaan. Setelah itu dia pergi meninggalkan wanita yang tengah bingung menatap tas di sofanya.
"Apa lemariku akan cukup memuat semuanya?" ujar wanita yang masih mengenakan dress.
Dengan cepat semua tas belanjaan itu berpindah ke kamarnya. Grizelle belum menata barang-barang yang dibelikan Rery, ia hanya meletakkannya di dekat meja.
"Bo, lihat! Sebenarnya untuk apa semua itu? Apa penampilanku selama ini sangat buruk?" Grizelle mengatakan hal itu sembari menatap bantal idolanya dan poster di langit-langit kamar.
Wanita itu dengan segera mengambil ponsel dan berfoto di depan cermin. Dia juga melakukan swafoto yang membuat dirinya melihat wajah cantik bak model.
Setelah beberapa kali memotret dirinya sendiri, dia mulai melihat foto-foto lamanya yang ia ambil saat tengah bosan.
"Wah, ternyata pakaian memang mempengaruhi. Ternyata penampilanku selama ini sangat buruk." Grizelle menggeleng dan menghapus beberapa foto lamanya. "Apa jangan-jangan karena hal itu aku dipecat? Ah, tapi tidak mungkin. Apa iya mereka melihat berdasarkan penampilan? Jika benar maka keterlaluan sekali!"
Ekspresi kesal mulai terlihat di wajah cantik yang sebelumnya tersenyum senang. Dia mengingat dan membuat alasan sendiri mengenai dirinya yang selalu dipecat dari pekerjaan.
Krucuk ... krucuk ....
Perut lapar Grizelle berbunyi, membuatnya menghentikan pikiran kesal yang tengah singah.
"Seharusnya aku terima saja tawaran makannya tadi. Kenapa aku harus pura-pura tidak lapar. Sungguh aku menyesali sikap yang membuatku kelaparan," ucap Grizelle. Dia segera berganti pakaian karena berniat untuk mengisi perutnya.
Saat tiba di dapur, ia hanya menemukan snack dan minuman dingin. "Benar, aku tidak membeli apapun untuk dimakan."
Saat hendak keluar, dia mendapat pesan masuk yang mengatakan bahwa Rery meninggalkan makanan di depan pintunya. Dengan cepat Grizelle segera keluar dan ternyata benar. Ada kotak makan berisi lauk, sayur, serta nasi. Dia tidak tahu apa maksud Rery melakukan hal itu, hanya ucapan terima kasih saja yang wanita itu kirim melalui pesan singkat.
***
Hari berganti, setelah Rery membelikan berbagai macam pakaian, Grizelle akan mendapat pelajaran tambahan mengenai asisten sang idola. Hal itu mereka lakukan setelah Grizelle selesai bekerja.
Wanita yang penuh semangat terus saja mengeluh setiap tiba waktu belajar. Dia tidak menyangka pekerjaan seperti itu akan sangat merepotkan. Meski belum mengalaminya dia memperkirakan bahwa itu akan menjadi pekerjaan yang melelahkan. Namun, Grizelle tidak ingin menyerah karena setelah sekian lama dia akhirnya mendapat pekerjaan. Terlebih lagi Rery sudah banyak membantu dirinya.
Waktu berjalan dengan cepat, satu hari sebelum keberangkatan Rery tidak memberi Grizelle pelajaran seperti biasanya. Dia hanya mengingatkan apa saja yang sudah dipelajari selama beberapa hari itu.
"Besok bawalah pakaian dan barang-barang penting, lainnya sudah disediakan di sana."
"Di sana?" tanya Grizelle bingung.
"Iya, kamu tidak akan pulang kemari. Jadi kunci saja apartemenmu, dan pastikan semua aman," jawab Rery sembari melihat ponsel.
"Eh? Apa maksudnya? Aku tidak akan pulang? Lalu tinggal di mana?"
"Apartemenku," jawab Rery singkat. "Meski masih di kota Bing, tetapi tempat ini terlalu luas. Tidak mungkin bukan kamu akan ke sana kemari setiap hari? Itu pasti melelahkan. Tenang saja, kamu bisa pulang saat hari libur," imbuh Rery. Pria itu meminta Grizelle untuk segera pulang dan berkemas. Dengan segala kebingungan yang masih melanda, akhirnya wanita itu pun melangkah pulang.
Setelah masuk ke apartemennya, Grizelle segera menuju ke kamar. Dia berbaring dan menutup wajahnya dengan bantal. Wanita itu masih tidak percaya dia akan pergi dari tempat tinggalnya selama ini. Meski tidak selamanya, tetapi dia merasa aneh meninggalkan semua itu. Terutama barang-barangnya yang berhubungan dengan sang idola. Karena dia tidak mungkin akan membawanya.
Sejenak ia menatap semua barang bergambar idola. "Tidak mungkin aku membawanya, hah ...."
Grizelle mulai berkemas dengan perasaan setengah-setengah. Meski senang bisa bersama idola yang asli, tetapi dia tidak tega meninggalkan barang-barang yang ia dapat dengan susah payah.
Setelah mengemasi pakaian dan keperluan lain, wanita itu teringat akan sesuatu. Dia membuka laci dan mengambil liontin berbentuk hati yang bisa dibuka. Dengan segera ia memasukkan fotonya sendiri dan foto idola yang sudah dipotong.
"Hahaha, tidak apa-apa kan begini? Kalung ini mewakili kalian semua," ucap Grizelle pada benda mati. Ia tampak seperti orang gila yang bahagia karena menemukan solusi dari masalahnya.
***
Hari berganti, waktu yang ditunggu-tunggu akhirnya tiba. Rery merasa senang karena ia bisa kembali ke apartemennya.
"Sebenarnya di sini tidak buruk, apalagi karena ada dia ...." Wajahnya seketika memerah, dia pun menggeleng. "Ah, apa yang aku pikirkan. Kenapa gadis ceroboh itu!"
Setelah bersiap Rery segera menarik koper dan mengetuk pintu Grizelle. Tidak lama kemudian wanita itu pun keluar mengenakan pakaian yang Rery belikan.
'Ca-cantik!' Rery menutup bibirnya dan mengalihkan pandangan.
"Ada apa? Apa aku aneh mengenakan ini?" tanya Grizelle yang bingung dengan tingkah Rery.
"Ti-tidak. Sudah ayo berangkat, manager sudah menunggu di bawah," ucap Rery.
"Eh, kita tidak pergi sendiri?" Karena tidak ingin membuat orang lain menunggu, Grizelle pun segera mengunci pintunya dan siap pergi bersama sang idola.
"Tidak, akan merepotkan pergi sendiri," jawab Rery. "Sudah semua? Tidak ada yang tertinggal?" imbuhnya sembari melihat koper yang di bawa Grizelle.
Wanita itu mengangguk dan mengatakan bahwa tidak ada yang tertinggal. Setelah itu mereka pun turun menemui manager dan bergegas pergi ke apartemen Rery.