"Ah, kita sudah sampai. Tidak terasa." Rery meregangkan tubuhnya. "Lupakan cerita barusan, pergilah tidur dan jangan lupa set alarm. Kita akan berangkat pagi-pagi sekali besok." Pria itu kini melangkah meninggalkan Grizelle
"Apa itu tadi cerita nyata? Entah kenapa terdengar seperti dongeng." Grizelle menggeleng. Ia segera mengikuti Rery yang sudah masuk terlebih dahulu.
Kini keduanya sudah sama-sama berada di kamar masing-masing.
Rery: Kemas barangmu sebelum tidur, agar besok pagi tidak terburu-buru.
Pesan masuk dari Rery masuk, Grizelle terkejut saat membacanya. Dia pikir mereka akan kembali ke villa itu setelah pulang kerja. Namun, karena diminta untuk mengemas barang, sudah dipastikan mereka akan pindah ke tempat lain lagi.
"Jika begitu, kenapa tidak memberitahuku dari awal agar tidak mengeluarkan semua isi koper! Huh, bikin kesal saja. Untuk aku mengidolakanmu, jika tidak sudah pasti aku akan marah-marah." Wanita itu terus menggerutu meski ia segera mengemas barangnya.
Setelah semua beres, Grizelle segera berbaring dan memasang alarm. Ia yang tidak mengantuk pun memaksakan diri untuk terpejam agar besok tidak bangun siang.
***
Suara bising mengawali pagi yang cerah. Manager yang sudah datang dan tidak melihat Grizelle maupun Rery, terus memukul meja kayu yang ada di areal kamar keduanya. Karena suara yang tidak henti-hentinya, secara bersamaan Grizelle dan Rery keluar dari kamar.
"Suara apa itu?" ucap mereka bersama. Keduanya juga membuka pintu secara serempak.
"Wah, apa kalian ini tidur satu kamar? Kenapa membuka pintu saja dalam waktu yang sama?"
"Tu-tuan manager!" Grizelle yang sudah sadar segera berdiri tegap sembari merapikan rambutnya.
"Kakak? Kakak sudah datang? Bukankah ini masih malam?" Rery mengusap matanya, terlihat jelas pria itu masih mengantuk.
"Malam apanya? Cepat kalian bersiap! Sepuluh menit dari sekarang aku tunggu di ruang tamu, jika tidak kalian akan pergi sendiri ke kota!"
Suara gebrakan membuat Grizelle dan Rery terkejut. Begitu Manager memandang keduanya dengan berapi-api, mereka yang baru bangun dari tidurnya pun segera berlari kembali ke kamar.
"Dasar anak-anak itu. Sudah kuminta bersiap pagi malah jam segini belum apa-apa," ucap manager. Pria itu menghela napas dan berjalan menuju ruang tamu.
Tidak sampai sepuluh menit, Grizelle dan Rery berlomba-lomba turun sembari membawa koper masing-masing. Begitu menghadap manager, keduanya mencoba mengatur napas yang tengah tersengal-sengal itu.
Dari tampilan dua orang itu, tampak jelas mereka tidak bersiap dengan baik. Pakaian yang Rery gunakan belum sepenuhnya terkancing, sedangkan Grizelle masih dengan kondisi rambut yang berantakan.
"Kalian sudah mandi kan?" Manager menatap ragu keduanya. Sebenarnya pria itu memperhitungkan bahwa Grizelle maupun Rery akan keluar lebih dari sepuluh menit. Namun, tidak disangka-sangka bahwa keduanya sudah siap sebelum waktu yang dijanjikan tiba.
"Sudah!" jawab Grizelle dengan cepat. Ia menyadari bahwa orang lain tidak akan percaya dengan kata-katanya itu. Tidak ada bukan orang yang mandi dan bersiap, bahkan turun dari lantai dua memakan waktu singkat?
"Sudahlah, Kakak tidak tahu, aku ini tidak pernah tidak mandi," jawab Rery santai.
"Hah, sudahlah. Apa sudah dipastikan tidak ada yang tertinggal?" tanya manager. Keduanya menangguk tanpa menjawab. "Ya sudah, ayo berangkat. Kita sudah kesiangan," imbuhnya. Pria itu segera melangkah. Diikuti sang idola dan penggemarnya.
Begitu semua masuk ke mobil, manager segera melajukan mobilnya. Grizelle yang masih dalam keadaan berantakan memanfaatkan waktu untuk merapikan diri, begitu juga dengan Rery. Ia memanfaatkan waktu untuk tidur, menyambung tidurnya pagi tadi yang dikacaukan oleh sang manager.
Setelah memakan waktu yang cukup lama, mobil hitam itu akhirnya terparkir di tepi jalan dekat perusahaan yang menaungi Rery. Manager meminta keduanya turun, karena ia akan pergi menaruh koper milik Grizelle dan Rery.
"Rery, ajaklah Grizelle berkeliling dan sapa semua orang. Ingat! Jangan membuat kerusuhan!" Manager memintanya dengan tegas. Sedangkan Rery tetap diam dan memalingkan wajah. Berbeda dengan sang idola, Grizelle yang tidak tahu maksud perkataan manager hanya melihat kedua pria itu secara bergantian.
"Nah, Grizelle, titip Rery ya. Jangan biarkan dia mengacau!" ucap manager sembari menggaruk alisnya. "Sudah, sana kalian turun!" pintanya.
Begitu Grizelle dan Rery turun, mobil yang membawa mereka segera melaju kencang menjauhi pria dan wanita yang tengah mematung di tepi jalan.
"Ayo masuk!" ajak Rery begitu mereka berada tepat di depan gedung tinggi dengan arsitektur mewah.
Karena tidak ada tanda-tanda langkah yang mengikuti, pria itu pun menghentikan langkah dan berbalik. Ia terkejut dengan wanita yang tengah memandang kagum tempatnya bekerja. "Apa kamu tidak ingin masuk? Di dalam lebih banyak yang bisa membuatmu kagum," ucapnya.
Mendengar hal itu Grizelle mengangguk penuh antusias, dia pun segera melangkah mengikuti Rery dengan patuh.
Saat masuk ke lobi, wanita itu berkata, "Wah, aku tidak menyangka, bisa masuk ke Candy Entertainment." Dari ekspresinya tergambar jelas bahwa ia sedang merasa sangat senang.
"Sudahlah, tenang dan perhatikan tindakanmu. Kedepannya kamu bisa mengagumi tempat ini satu per satu."
Rery mengajak Grizelle untuk ke ruangannya. Kini mereka sedang naik lift menuju lantai tujuh. Begitu tiba, keduanya berjalan ke arah kanan, melewati satu, dua pintu, hingga akhirnya tiba ke pintu ke sembilan. Di pintu itu tertulis nama yang di gantung, "Rery" membuat Grizelle tahu bahwa mereka sudah tiba di tujuan.
Saat Rery hendak memasukkan kode, tiba-tiba seruan namanya terdengar. Hal itu membuat sang pemilik nama dan wanita di sampingnya menoleh.
"Kya! Sayangku, aku merindukanmu. Kemana saja kamu selama ini!"
Tiba-tiba seorang pria tampan datang dan memeluk Rery. Meski dibilang tampan, tetapi ketampanannya masih kalah dengan orang yang dipeluknya.
"Lepaskan! Jangan membuat orang lain salah paham!" Rery mencoba melepaskan dekapan itu, tetapi ia tidak bisa meloloskan diri.
"Anu ... apa Anda, Levin?" Grizelle sekilas melihat wajah pria yang baru datang, ia merasa pria itu sangat mirip dengan seseorang.
"Eh ada orang lain?" Pria itu melepaskan dekapannya, membuat Rery mengibaskan tangan dan menepuk-nepuk pakaiannya. "Nona cantik, perkenalkan saya Levin." Seketika sikapnya berubah. Ia tampak sopan dan berwibawa, berbeda dengan pria beberapa detik lalu.
"Wah! Benarkah? Anda yang menyanyikan lagu Back in Your Arms?" Grizelle merasa antusias, ia tidak menyangka langsung bertemu artis lain di hari pertamanya menginjakkan kaki di perusahaan itu.
Setelah mengetahui Grizelle tahu lagunya, Levin pun bertingkah layaknya sedang di panggung. Ia terlihat profesional, meski seketika berubah menjadi aneh saat berbincang dengan Rery.
"Apa kalian akan terus berbincang di sini? Kalau begitu aku akan masuk," ucap Rery, ia segera melangkah memasuki ruangannya.
Grizelle yang mengetahui hal itu spontan mengikutinya, begitu juga dengan Levin yang ikut masuk ke ruangan Rery.