Gina harus menghela nafas berkali-kali, badannya terasa sakit dipukul oleh dua orang sekaligus, yaitu Ayahnya dan kakeknya. Gina masih kuat berdiri dengan kaki dan tangan yang memerah karena rotan yang menghantamnya.
"Siapa yang ajarin kamu seperti itu Gina pada Zita?!" bentak Tomi yang benar-benar termakan ucapan busuk Zita yang sedang menatapnya penuh kemenangan.
Gina menggeleng, "nggak ada yang ngajarin Gina," jawabnya.
Plak!
Tamparan Belanda itu mendarat dipipi mulusnya hingga membuat cap merah yang terpampang jelas. Tamparan kakeknya sangat sakit membuat kulit pipinya ingin lepas.
"Anak tidak tahu diri dan tidak ada yang dapat saya banggakan dari kamu, jangan pernah menyetuh cucu kesayangan saya!"
Wajah Gina menoleh kesamping akibat tamparan Ivander. Gadis itu tersenyum tipis lalu dengan berani ia menatap mata kakeknya yang tajam.