"Gue boleh temenin lo gak, malem ini?" tanya Veo. Tap mengangguk dan mereka terus berjalan berdampingan menuju tempat Tap. Keesokan harinya, Veo akan kembali ke Thailand sebelum jam makan siang, itu sebabnya dia ingin menghabiskan sebagian besar waktunya dengan Tap.
Mereka tiba ditempat Tap. Veo mengamati seluruh ruangan dan melihat foto dirinya bersama Tap di atas meja. Saat mata Veo terfokus pada bingkai foto itu, Tap dengan cepat berdiri di depan Veo dan menutupi foto itu dengan wajah malu. Ketukan yang biasa kembali dan Veo berkata, "Udah telat kali, gue udah liat duluan!"
Tap cemberut dan dia duduk dikursi meja. Veo tersenyum dan melihat jawabannya, "gue juga punya ini dikamar gue."
"Hah? Yang bener?!" Wajah Tap tiba-tiba menjadi cerah.
"Iya, sebenarnya gue gak nyangka lo bakal masang foto ini dibingkai foto. Entahlah, cuma ini perasaan terbaik yang pernah gue rasain,, dalam konteks yang bagus yah," Tap tertawa saat Veo mengucapkan kata-kata cheesy itu.
Lalu Veo dan Tap berbicara sebentar sampai mereka cukup mengantuk untuk tidur. Tap memberi Veo pakaian sebelum tidur dan malam itu mereka tidur berdampingan sampai matahari terbit.
Veo berbaring disamping Tap dan melihatnya sampai Tap tertidur. Dia sudah mulai merindukannya dan dia memeluk Tap. Tap sudah mengantuk, lalu dia membukanya matanya sedikit, mengikuti nalurinya, dan memeluk Veo kembali seolah-olah dia adalah guling.
Di pagi hari, Veo bangun lebih dulu. Dia pergi ke dapur Tap dan melihat bahan-bahan yang ada. Ada bahan lengkap baginya untuk membuat sarapan sederhana untuk Tap dan dia membuatnya. Bau telur dan keju membuat Tap terbangun dari tidurnya. Tap berjalan ke dapur dengan langkah tidak seimbang dan mata setengah terbuka. "Lo lagi buat apa?"
"Omelette with cheese! Lo suka kan?"
"Suka dong! Makasih ya, udah lama gue gak sarapan."
"Hah? Lo udah lama gak sarapan?" tanya Veo penasaran.
"Ah iya," Tap baru saja sadar bahwa dia kelepasa.
"Sejak kapan?"
"Um…"
"Lo tau gak ada gunanya bohong sama gue, gue bakal langsung tau." jelas Veo.
"Satu.. enggak, kayaknya dua minggu. Gue gak begitu ingat."
Veo berhenti makan dan menatap Tap dengan tatapan khawatir. Tap menelan ludahnya dan berkata, "Gue agak sibuk dua minggu ini, makan di luar lumayan mahal jadi gue milih gak sarapan."
"Gue ngerti, tapi ini yaa bikin gue agak kepikiran aja,"
"Aww ... Jangan terlalu khawatir, gue pengusaha yang kuat kok! Gue punya stamina yang lumayan," kata Tap berusaha meyakinkan Veo.
Veo menjawab dengan senyum tipis. Tap merasa sangat senang melihat Veo mengkhawatirkannya dan mereka melanjutkan makan.
Mereka berjalan bersama ke restoran Tap. Dalam perjalanan kesana, Tap bertanya pada Veo, "Apa gak apa-apa gue gak nganter lo pergi?" Tap merasa tidak enak karena dia tidak bisa mengantar Veo dari bandara.
"Gapapa kok, ini masih hari besar buat proyek yang udah lama lo tunggu-tunggu kann. Jangan lewatin itu cuma buat ganter gue, oke?" Veo menegaskan.
Tap merasa lega karena Veo yang sangat pengertian. "Oke. Terima kasih atas pengertiannya." jawab Tap.
Lalu Veo mengingat apa yang hampir dia lupakan, "Oh! Dan satu hal lagi,"
"Apa tuh?" tanya Tap.
Mereka berhenti berjalan, "Ini tentang apa yang terjadi tadi malem..."
Tap mulai merona, "Bisa gue anggep itu sebagai bukti bahwa kita sekarang udah jadian?" tanya Veo.
Tap semakin memerah dan dia berjalan pergi, tapi tiba-tiba dia berhenti dan tanpa melihat ke belakang dia berkata, "Iya!" dan dia berjalan sangat cepat. Wajah Veo cerah dan mengikuti Tap, mencocokkan kecepatannya dengan langkah ceria yang gelisah. Tap tertawa melihat kebodohan Veo.
Mereka tiba di restoran Tap dan sudah waktunya Veo pergi. Veo dapat melihat ekspresi kecewa di Tap, lalu dia menepuk wajah Tap dan berkata, "Gue pergi dulu ya. Sampai jumpa lagi, oke?" dan dia mencium kening Tap. Veo melambaikan tangannya.
Ketika dia berjalan melewati pintu, seorang wanita cantik yang dikenalnya lewat dan memasuki restoran Tap. Seperti yang dia lihat dari luar, Tap dan wanita itu saling mengenal.
Veo tidak mau Tap repot karena hal sepele, jadi dia melepaskannya begitu saja dan langsung pergi ke bandara. Saat dia menunggu di ruang tunggu, dia tidak bisa menghilangkan wanita itu dari pikirannya.
"Apa yang dia lakukan sepagi itu disana? "Kenapa mereka kelihatan akrab banget? Apa hubungan mereka sebenernya?"