Download Chereads APP
Chereads App StoreGoogle Play
Chereads

Can I Kill You ?

Hayusya
--
chs / week
--
NOT RATINGS
7.1k
Views
Synopsis
Irume Aoba pria kelas 2 B yang sering menjadi target pembulian, memiliki masa lalu yang kelam yang sulit dia lupakan. Tinggal bersama paman dan juga bibinya Memiliki bekas luka bakar di bagian pipi kananya, jahitan di bagian dahi yang ia tutupi dengan rambut depanya, lalu memakai kacamata untuk menutupi bekas goresan di bagian dekat mata "DAN SEKARANG WAKTUNYA BALAS DENDAM!" WARNING 1. CERITA THRILLER PAHAM KAN 2. SABAR SETIAP CERITA BUTUH PERKEMBANGAN 3. KOMEN DAN VOTE KALAU BAIK 4. JADIIN KOLEKSI LAH 5. CERITA KARYA GW. DILARANG COPY. ALLAH MAHA MELIHAT
VIEW MORE

Chapter 1 - Prolog

Selasa 6 Maret 2015

• Irume Aoba: Umur 17 tahun

[ Pria dengan wajah tampan memakai kacamata untuk menutupi bekas luka di dekat bagian mata, memiliki bekas luka bakar di pipi kanan dan juga dahinya ada bekas jahitan, maka dari itu dia menutupi bekas jahitan itu dengan rambut depanya yang hitam pekat]

Apa yang kalian pikirkan jika kalian adalah anak yang baik lalu dapat membawa pengaruh ke yang lainnya. Apa kalian akan berpikir itu adalah hal yang sangat bagus untuk dimiliki, ataukah justru akan dibenci oleh seseorang.

Seseorang yang tidak bisa keren maupun gaul pasti akan dicap sebagai anak yang harus dijauhi lalu dibuat menderita. Apalagi jika seseorang itu adalah anak yang pintar dan juga idola dari guru.

Biasanya hal itu tidak berlaku untuk anak yang keren dan pintar. Tapi berlaku untuk anak yang culun dan idola guru. Layaknya diriku ini, anak yang selalu dibuli.

"Hei culun! Bersihkan semua lantai yang kotor itu ya!!"

• Cannie: Umur 17 tahun

[Pria dengan wajah blasteran Jerman-Jepang, tampan dan juga seorang playboy. Keluarganya kaya raya. Ayahnya bekerja sebagai direktur perusahaan terkenal, dan ibunya bekerja di Jerman, rambut warna kuning dan menindik telinganya]

"Hoi! culun kau dengar tidak, bersihkan semuanya. Aku punya keperluan," kata Cannie sembari menenteng tasnya dan merangkul pundak temannya.

"Beneran gak dibantu Aoba?"

"Udah gak usah, mendingan kita ke Game Center aja."

"Okay, tapi uang ku kurang untuk bermain lama disana."

"Oii, kau lupa sobat. Kalau masalah uang tenang saja," ucap Cannie sembari memamerkan lembaran uang yang sangat banyak.

"Beres tajir, sekalian traktir makanan ya!"

"Beres, woi culun! Aku pergi dulu yaa ...." Kata Cannie sembari berjalan keluar kelas.

"Oh ya aku lupa?" Cannie berbalik dan membawa plastik berisi sampah itu dan wajahnya seakan ingin menjahiliku.

"Cannie kau mau ngapain, kasihan lah dia. Mana ngerjain sendiri lagi."

"Gak usah kasihan. Orang culun kek dia pantas menerima ini!" seru Cannie sembari menuangkan isi sampah itu ke lantai yang kusapu.

'Serrr ....'

"Ups, gak sengaja." ucap Cannie sembari menendang sampah yang ada di lantai.

'Klontangg ....'

Minuman kaleng yang dibuang di sampah itu ditendang oleh Cannie dan mengenai wajahku. Tentu saja aku merasa kesakitan, tapi aku berusaha menahannya.

"Dah ya aku balik dulu, ayo ke Game Center bro!" Cannie berjalan tanpa rasa bersalah sedikitpun, jujur aku sedikit geram.

Aku sendiri mengepalkan tanganku dengan keras, sebenarnya ingin kubalas perlakuan jahat Cannie, tapi aku tidak tahu harus melakukan apa, ditambah lagi fisikku lemah.

Aku tidak paham dengan apa yang harus kurasakan ini, kenapa aku selalu dibenci dan juga sering kali dibuli.

Apa salahku ... Apa salahku ....?!

Kenapa mereka semua membenciku?

Aku lalu menyudahinya dan mengambil sapu di bagian lemari tempat penyimpanan alat kebersihan, seperti sapu, pel dan juga ember. Aku pun mengambil sapu di dalam lemari itu, kugenggam sapu itu dengan perasaan kesal.

Disuruh piket sendirian dan juga membersihkan banyak kotoran di lantai, dan juga semakin dibuat kotor karena sampah yang dibuang di lantai oleh Cannie, si sialan itu!

Saat aku bergumam sendirian, ada suara yang khas dari seorang cewek yang aku kenal.

"Loh, Aoba-kun kok kamu gak balik?"

"Ehh, Ami-chan?"

• Uehara Ami: Umur 17 tahun

[Berwajah manis dan juga memiliki postur badan yang tinggi, rambut panjang warna merah muda dan dengan aksesoris jepitan berbentuk bunga sakura yang di jepit di rambut bagian kiri. Idola di kelas 2 A]

"Loh kenapa banyak sampah berceceran disini?" tanya Ami sembari membungkuk melihat sampah berceceran karena Cannie tadi.

"Anu itu karena — karena-"

"Karena kau dijahili oleh mereka, iya kan?"

"Bukan begitu."

"Kau terlalu baik Aoba-kun." kata Ami dengan wajah serius menatap diriku.

"Sebenarnya mereka semua ada keperluan," aku membalas itu dengan menunduk, jelas Ami semaki curiga kepadaku.

"Kau tidak pintar berbohong Aoba-kun." timpal Ami dengan serius.

"Benarkah?"

"Iya, setiap kali kau berbohong, kau sering menundukan wajahmu, memalingkan matamu, lalu berkata agak gagap. Aku sudah tahu itu semua."

"Begitu ya, hehe ...." balasku sembari menggaruk kepala.

"Maka dari itu, aku akan membantumu." Ami berkata begitu hingga mendekatkan wajahnya kepadaku.

"Ka-kau terlalu dekat!" ucapku, ia sukses membuat wajahku memerah karenanya.

"Ehh, Aoba-kun kau sedikit cabul," bisiknya dengan suara halus di dekat telinganya.

"Ahh, kau terlalu dekat Ami-chan," kataku yang memalu dan menjauh lima centimeter dari Ami.

"Baik-baik," kata Ami sembari memegangi sapuku.

Aku tidak tahu kenapa tiba saja Ami sudah membawa sapuku.

"Eh Ami-chan sapuku?!"

"Aku malas mengambil sapu yang ada disana, karena jauh. Humphhh!" seru Ami sembari cemberut imut :T

Aku pun mengalah dan mengambil sapu baru di dalam lemari belakang.

Aku tidak pernah menyangka, kalau orang yang baik itu ternyata masih ada. Kukira aku akan menyapu sendirian, dan juga Ami murid paling populer dan juga idola di kelasnya, dia masih menyempatkan untuk menyapaku, membantuku. Tanpa memedulikan kepopuleranya yang dapat runtuh karenaku.

Ahh Ami-chan kau memang seperti malaikat ....

Aku secara tidak sadar melihat kearahnya, dengan mengeluarkan iler, sungguh sangat jijik, aku ingin mati saja.

"Aoba-kun matamu melihat kemana, dan kenapa kau mengeluarkan itu jijik tahu."

"Eh, maaf-maaf." aku lalu mempercepat menyapu lantai bagian kanan, dan membersihkan setiap selanya, serta membersihkan ilerku yang keluar sendiri.

Aku tidak bisa fokus, kenapa kalau di dekat Ami, aku selalu saja seperti ini. Dia benar-benar manis dan sangat baik.

Aku perlahan melirik Ami yang sedang serius menyapu, aku tersenyum sendiri ketika itu terjadi Ami melirik ke diriku, aku tidak tahu kenapa wajahnya memerah bahkan matanya terlihat kaget.

"Ca-cabul!"

"Ehhh ...." aku menempatkan mataku ke lantai, dan menyapu lagi.

Tak terasa beberapa menit terbuang dengan menyapu lantai, aku melirik ke Ami lagi.

Ia sungguh cepat! bukankah itu terlalu cepat!!

"Huftt ... sekarang tinggal bagian tengahnya," gumam Ami sembari menyentuh pipi nya dengan jari manis.

Ami lalu berjalan mendekatiku, aku menaikan kacamataku dan gugup jika ia mendekatiku lagi.

Bu — bukan berarti aku ingin Ami melirikku, aku takut jika ilerku keluar lagi itu saja :T

Ami membelakangiku, dan tangannya mendorong tubuhku.

"Aoba-kun, gini aja, aku akan menyapu bagian mu juga ... kau lebih baik urus sampah yang berserakan saja disana ...."

"Tapi kau akan menambah be-" aku menoleh ke arahnya, dan Ami tiba saja sudah menyentuh bibirku.

"Ami?" ucapku meski ia masih menyentuh bibirku.

"Udah sana, jangan pedulikan aku!" suruh Ami yang mendorong badanku dengan paksa.

Aku mengalah lagi, melawan Ami itu sulit lagipula aku adalah seorang lelaki yang seharusnya dapat bertindak sendiri.

Aku lalu mengambil plastik besar berwarna hitam yang dibuang oleh Canie tadi.

Tiga menitpun berlalu, dan akhirnya Ami selesai menyapu semua bagian dariku, ditambah aku juga selesai mengumpulkan semua sampah dan memasukkan nya ke plastik besar hitam.

"Sudah semua kan?" tanya Ami ia terlihat kelelahan.

"Sudah kok, oh ya terimakasih Ami-chan!"

"Hmm ... hmm ... tidak masalah," jawab Ami ia tersenyum kepadaku.

Akhirnya aku dan Ami selesai juga, piket yang seharusnya dilakukan oleh banyak orang, hanya dilakukan oleh dua orang. Itupun berbeda kelas, aku tidak paham lagi dengan dunia ini. Orang yang culun dijauhi dan dianggap menjijikkan, ah sebenarnya kalau diucapkan memang menjijikan sih, lagipula memakai kacamata seperti ini dapat dianggap sebagai Hikikomori.

"Sudah yuk balik, jangan lupa tutup pintunya." ucap Ami, ia menghentikan lamunanku.

"Baik!" kataku sembari membawa tas dan menutup pintu kelas.

Aku dan Ami lalu berjalan pulang bersama, dan tidak lupa saling bercanda sama lain, Ami ditengah pembicaraan selalu tertawa kecil karena guyonanku.

"Hihi ... kau sangat lucu Aoba-kun."

"Hehe, kukira lawakanku akan garing?"

"Ya memang tadi itu garing!"

"Ehh ... terus kenapa kau tertawa?"

"Baik Aoba-kun, aku duluan ya," ucap Ami melambaikan tanganya kepadaku, dan pulang melewati gang kecil.

"Tunggu Ami-chan, aku antarkan kau pulang ya?" kataku sembari berlari mendekati Ami.

"Padahal tidak perlu khawatir loh, kan cuma di depan saja itu rumahku,"

"Oh begitu ya ...."

"Tapi gak papa lah," ucap Ami sembari berlari menduluiku.

"Hei tunggu kau mengambil start!"

"Hahaha ayo kejar."

Aku berlari mengejar Ami, dan akhirnya perjalanan kami selesai disini, didepan itu merupakan rumah Ami, aku baru tahu kalau dia pindah rumah.

"Aoba-kun aku pulang dulu ya, sampai jumpa ...." kata Ami berterima kasih kepadaku dan melambaikan tangan perpisahan.

"Ya sampai jumpa!" Aku

Baiklah waktunya pulang dan menulis kisahku hari ini. Hari ini aku mendapat 10 kali perlakuan jahat dan 1 kali perkakuan baik dari Ami

Waktunya untuk melaporkan ke Almarhum orang tua ku.

~ To Be Continue~