Bu Yuni yang berusaha menyusul langkah tuan mudanya tiba-tiba terhenti, karena di tahan oleh Rohan. Bu Yuni menoleh ke arah Rohan, "apakah tidak apa-apa kita tidak mengikutinya?" tanyanya dan Rohan menjawab dengan menggeleng, "Saya hanya khawatir.. tuan akan memperlakukan nyonya dengan kasar lagi.."
"Aku tau buk.. tapi coba kita memberi dia kesempatan dulu? jika kita mendengar keributan, maka kita akan kesana segera Oke?" terang Rohan, dan bu Yuni pun mengangguk setuju.
Alexio mengeluarkan kunci yang sudah berjam-jam di genggamnya hingga basah karena keringat. Ia pun membuka pintu besar itu menggunakan kunci tersebut. Lalu mendorong dan membukanya, tatapannya langsung tertuju pada gadis yang tengah terbaring di atas kasur dengan mata sembab sembari memeluk sebuah biola kaca pemberiannya.
Deg! jantung Alexio semakin bergemuruh ketika langkahnya semakin dekat dengan Odele. Tanpa pikir panjang, ia langsung mencium bibir Odele dan melumatnya perlahan, menekan lehernya dan melingkarkan tangannya masuk ke dalam pelukannya.
Odele yang baru saja di tarik secara tiba-tiba dari alam bawah sadarnya tentu saja tak langsung bereaksi, ia butuh kesadaran seutuhnya untuk mencerna apa yang terjadi?. Matanya mengerjab beberapa kali, melihat buliran bening di sudut mata orang yang jaraknya begitu dekat dengan wajahnya.
Kini Odele pun tersadar sepenuhnya, namun ia tak dapat bergerak karena pelukan pria itu begitu erat mengcengkram tubuhnya. Tak ada cara lain, Odele pun menggigit sudut bibir pria itu hingga berdarah.
Mendapati kesempatan, Odele pun mendorong tubuh pria itu menjauh. "Kamu!!" pekik Odele.
Sedang Alexio tengah menyeka sudut bibirnya menggunakan ibu jari, ia tersenyum smirk melihat darah segar keluar dari sudut bibirnya.
"Tampaknya kelinci sudah bisa menggigit?" Ucapnya
"Jangankan menggigit, seekor kelinci yang merasa terancam bahkan sanggup membunuh!"
"Ck ck ck.. apa sok suci kini adalah gaya mu?"
"Jangan sembarangan bicara kamu! aku memang hanyalah orang kecil, tapi aku punya harga diri. Tidak cukupkah kamu mencuri yang pertama? lalu sekarang kamu juga mencuri yang kedua? apa mau mu?"
"Mencuri yang pertama???" Ucap Alexio memiringkan kepalanya seakan mengejek "Ha ha ha ha" gelaknya mengejek, "Pertama sejak pertemuan kita lagi begitu? berhentilah bermimpi menjadi wanita sok suci Odele!!!" Bentaknya dengan raut wajah mengerikan.
Dada Odele naik turun menahan amarahnya. Ruangan sunyi beberapa waktu, tiada yang berbicara selain mereka saling menatap tajam mata masing-masing. Seakan tengah adu mata.
'Mata ini??? aku seperti pernah melihatnya, tapi dimana?' gumam Odele sendiri menatap manik biru terang Alexio.
Tiba-tiba kilatan memori kembali muncul, "Jangan menatap ku terus.." Oceh Odele remaja pada pria yang duduk di sebelahnya.
Hari itu adalah hari ulang tahun Alexio ke 17, tapi ia menghilang di tengah-tengah pesta dan melarikan diri ke kota kecil Umea tempat tinggal Odele. Untuk mengunjungi gadis itu yang tengah sakit.
Di tambah, ia baru saja mendapatkan hadiah terindah dari Odele, Sebuah melodi khusus yang di ciptakan gadis itu hanya untuknya. Rasa senangnya mendorongnya untuk segera menemui gadisnya itu.
Alexio tersenyum lalu menjawab "Tatapan ini, menandakan aku sangat merindukanmu" kilatan memori itu kembali menghilang.. tanpa bisa ia melihat wajah pria itu secara jelas.
***
POV ALEXIO
'Tidak kah kau tau, alasanku menatapmu?' gumam Alexio dalam hati
Tiba-tiba ia melihat bola mata Odele memutih, lalu berkedip secara tidak beraturan dan bibirnya terus menggumamkan sesuat dengan tidak jelas. Alexio langsung memeluk tubuh Odele erat, tak mengerti apa yang tiba-tiba terjadi? lalu berteriak memanggil Bu Yuni yang memang sedari tadi sudah berdiri di depan pintu bersama dengan Rohan.
Alexio pun memerintahkan Bu Yuni untuk menghubungi Riswan. Ketika tangan bergetarnya hendak menghubungi nomor Dokter Riswan, Beruntung, Riswan memang sudah tiba di pintu utama castle.
"Dok… Cepat…" teriak bu Yuni, dan Riswan pun berlari ke lantai atas, ia yakin sesuatu telah terjadi.
Ketika memasuki kamar Odele, ia langsung merebut tubuh Odele dari pelukan Alexio. Menempelkan daun telinganya di bibir Odele yang terus meracau dengan tidak jelas. Tapi satu kata yang dapat ia mengerti, Odele terus menggumamkan kata "SIAPA?"
"Ambilkan aku minyak angin" Perintah Riswan yang langsung di kerjakan oleh bu Yuni.
"Rohan! rasakan telapak kakinya, jika dingin gosok-gosok biar hangat." perintah Riswan lagi, namun ketika Rohan hendak melakukan itu, tangannya di cegat oleh Alexio "aku suaminya, Biar aku saja" ucapnya dingin dan Rohan pun mundur.
Alexio mulai menyingkap selimut yang masih membalut tubuh Odele ke bawah.. dilihatnya jari jemari Odele satu persatu, dan tiada yang rusak sama sekali. Ia ingat, satu malam ketika memasangkan sepatu pada istrinya, kuku ibu jarinya mengalami kerusakan karena suatu kecelakaan. Namun kaki gadis di hadapannya ini semua tampak sempurna.. tiada ke catatan sedikitpun, bahkan kuku-kukunya telah di potong dengan rapi. Air mata itu pun menetes. Ada ketakutan dalam hatinya yang tak dapat ia ungkapkan.
'Jelas, melihat semua fakta yang ada, sisi diriku sebagian mengatakan memang kalian orang yang berbeda, meski aku tidak tau mengapa aku bisa menikahi wanita itu, tapi satu hal yang pasti, kamu adalah milikku saat ini, dan jangan berharap untuk pergi dari sini!!! cepat atau lambat, aku akan mencari tau mengapa kau bisa melupakan aku!' Ucapnya egois sembari mengelus tapak kaki Odele.
"AL!!!!" pekik Odele tiba-tiba, sembari tangan kanannya seakan mencoba meraih sesuatu.
"Aku di sini.. aku di sini" ucap Alexio yang meletakkan pipinya pada telapak tangan Odele.
Odele terkesiap, ia tidak mengerti apa yang terjadi, namun reaksi Alexio cukup mengagetkannya, dan ia menarik tangannya dari pipi Alexio sembari melihat sekeliling orang yang mengitarinya.
Alexio sedikit kecewa melihat Odele menarik tangannya, namun ia mencoba tetap berbesar hati dan bersabar.. ia tidak ingin kembali menakuti Odele. Ia cukup menaruh harapan kali ini, dan bertekat, tidak akan melepaskan dia lagi.
"A.. apa yang terjadi?" tanya nya bingung menatap tatapan khawatir dari orang-orang yang ada di sekitarnya.
"Seharusnya kami yang bertanya, apa yang sebenarnya terjadi? mengapa kamu tiba-tiba tak sadarkan diri?" Ucap Riswan
"Aku…." ucap Odele sembari memegangi kepalanya "aku seakan melihat suatu bayangan, tapi aku masih tidak mengerti, siapa dia? dimana dia? aku masih belum bisa melihat wajahnya dengan jelas.. tapi yang pasti, aku merasakan hubungan kami sangat dekat.. namun aku tak dapat mengingat.." Jawab Odele jujur.
"Tau kah kamu, ketika kamu sadar kamu memekikkan nama seseorang?"
"Hmm?" geleng Odele dengan alis yang tertaut.
"AL!!! kamu menyebut nama pria itu dengan lantangnya. Siapa dia?"
"A.. aku tidak tau.." jawabnya menggeleng