Kini jantung Shen Wanqing berdebar kencang, tapi ia tetap menunjukkan senyum manis. "Ibuku hari ini bekerja dari siang sampai malam. Mungkin tidak akan bisa ikut makan malam bersama kita."
Sebenarnya, alasan utama mengapa Shen Wanqing tak mau mengajak ibunya adalah karena ibunya dulu bekerja sebagai pembantu di Keluarga Gu, sedangkan sekarang ia bekerja di bagian dapur sebuah pub (tempat hiburan khusus untuk mendengarkan musik sambil minum-minum yang harganya lebih terjangkau dan dibuka pada waktu malam sampai larut malam.). Kedatangan ibunya di acara makan malam nanti akan membuat Shen Wanqing merasa tidak nyaman.
Setelah mendengar jawaban Shen Wanqing, Qin Siyuan hanya meliriknya sekilas tanpa mengucapkan apa-apa lagi.
Shen Wanqing segera mengubah topik pembicaraan mereka, "Aku sudah menyiapkan dua sesi permainan piano untuk malam ini. Paman pasti akan menyukainya. Selain itu, aku juga menyiapkan sebuah lukisan untuk Kakek."
"Mereka pasti akan menyukainya." Qin Siyuan membuka pintu mobil dan mempersilakan Shen Wanqing masuk ke dalam mobil. Sebelum dia menyalakan mobil, pandangannya beralih ke tempat lain.
Shen Wanqing mengikuti arah pandangan Qin Siyuan, dan ekspresinya langsung menjadi sedikit suram begitu mendapati apa yang dilihat kekasihnya itu.
…...
Saat Gu Anxi sampai di gerbang kampus, langkah kakinya dihentikan oleh Wang Keru. Wang Keru mengenakan kacamata hitam dan berpakaian seperti ibu-ibu sosialita. Tapi, kegelisahan dari gerak-gerik tubuhnya tidak bisa disembunyikan.
Melihat Gu Anxi keluar dari kampus, Wang Keru pun segera menurunkan jendela mobilnya. "Naik ke mobil."
Gu Anxi berjalan mendekati mobil ibunya dan berkata dengan lemah, "Aku akan ke rumah sakit. Nenek Chen sedang merawat Ayah."
Wang Keru berujar dengan suara yang lebih tajam. "Gu Anxi, kamu selalu saja memasang wajah dingin di hadapanku, tapi kamu berbuat baik untuk orang lain!"
Karena malas menjawab panjang lebar, Gu Anxi hanya menyahut ucapan ibunya dengan singkat, "Ini tidak ada hubungannya dengan Ibu."
Setelah berbicara, Gu Anxi berbalik dan pergi dari sana.
Wang Keru sangat marah, tetapi dia tidak bisa membiarkan Gu Anxi pergi seperti ini. Dia mengemudikan mobilnya mengikuti Gu Anxi dan berbicara dengan suara khawatir. "Aku sedang bicara padamu! Apa kamu dengar, Gu Anxi? Jika kita membiarkan Shen Wanqing datang ke rumah malam ini, maka kelak tidak akan ada lagi tempat untuk kita berteduh."
"Aku sudah tidak tinggal di rumah itu." Gu Anxi tetap berjalan tanpa menghentikan langkahnya.
Wang Keru menjadi semakin marah. "Apa kamu tidak memikirkan kehidupan ibumu ini? Siapa yang menanggung semua pengeluaran keluarga kita? Siapa yang membayar tagihan medis ayahmu? Siapa yang memberimu makan dan minum…"
Gu Anxi menghentikan langkahnya. Wang Keru juga menginjak rem hingga berhenti dan mengeluarkan bunyi decitan.
Seluruh tubuh Gu Anxi mengeluarkan aura dingin. Dia melihat ke arah wanita yang terus mengomel tanpa henti itu. Sulit rasanya untuk percaya kalau wanita ini adalah ibu kandungnya.
Hanya keluarga yang dapat menyokong Gu Anxi saat berada di masa paling terpuruk selama ini.
Gu Anxi mengira bahwa sekembalinya dirinya, setidaknya masih ada ibunya yang bisa ia andalkan.
Namun, ternyata tidak ada lagi yang tersisa.
Gu Anxi menekan ujung bibirnya dengan kuat, lalu berkata dengan sangat pelan, "Kedepannya, Ibu tidak perlu memedulikan semua itu."
Setelah selesai berkata, Gu Anxi mengulurkan tangannya untuk menghentikan taksi. Tidak menyerah begitu saja, Wang Keru mengemudikan mobilnya mengikuti Gu Anxi menuju ke rumah sakit.
Begitu Wang Keru turun dari mobil, dia segera menangkap pergelangan tangan Gu Anxi di depan gedung utama bagian rawat inap. Wajahnya yang terawat dengan baik itu hampir berubah suram. "Gu Anxi, tidak bisakah kamu berpikir lebih dewasa?"
Sebenarnya, Wang Ke Ru merasa sangat sulit untuk mengatakan ini, namun sepertinya dia harus selangkah lebih berani. "Kamu boleh merawat ayahmu dan meninggalkan rumah Keluarga Qin, tapi kamu harus pergi ke acara makan malam di rumah nanti. Pelayan di rumah sedang membersihkan piano. Shen Wanqing sepertinya akan bermain piano nanti malam. Kamu juga harus memainkan piano dua putaran untuk dipersembahkan ke pamanmu. Setidaknya hal itu dapat mengembalikan harga diriku di hadapan mereka semua."
Gu Anxi menatap Wang Keru dengan tenang. "Ibu hanya perlu membuat Paman Qin merasa bahwa Ibu adalah istri terbaiknya. Tidak ada lagi yang perlu Ibu lakukan selain itu."
Wajah Wang Keru terlihat semakin frustrasi. "Anxi, kamu pikir menjadi Nyonya Qin yang baik saja sudah cukup? Qin Siyuan kelak akan mengambil alih seluruh kekayaan Keluarga Qin. Apa menurutmu kelak aku masih memiliki kehidupan yang baik saat semua itu terjadi?"
"Baik atau buruk, itu tergantung pilihan Ibu sendiri." Gu Anxi melanjutkan langkahnya tanpa menoleh ke belakang lagi.
Wang Keru tidak akan menyerah sampai di sini. Dia tahu bahwa Gu Anxi sejak kecil hanya mau mendengar perkataan Nenek Chen. Bagaimanapun juga, takdir hidup dan matinya ada ditangan Gu Anxi.
Gu Anxi baru saja kembali dari menemui dokter yang merawat ayahnya. Nenek Chen memandangnya.
Gu Anxi juga balas menatap Nenek Chen, kemudian dia duduk diam di samping dan mengupas apel. "Jangan berusaha membujukku karena wanita itu."