"APAKAH KALIAN SUDAH SIAP?"
Sebuah tanya dengan huruf kapital kembali muncul di slide. Membuat keheranan di wajah keempat sahabat itu. Cermin kembali memutarkan kisah kembali.
***
"Ay, lu dimana? Masih sama Ardi?" tanya Nindy lewat panggilan teleponnya.
"Iya, nih. Kenapa, Nin?"
"Aku ada petunjuk. Bisa kesini sekarang?!"
"Petunjuk?"
"Ya. Tentang foto itu. Ajak Ardi juga!"
Klik.
Panggilan telepon dimatikan Aya. Ia menoleh sejenak ke arah Ardi. Ia nampak cukup lelah. Bulir keringat kian mengalir dari dahinya.
Sejak kapan marah tak menguras energi? Bahkan, kemarahan yang diam pun itu tetap menguras energi. Apalagi Ardi yang sempat berkelahi dengan laki-laki misterius itu.
"Mas..." ucap Aya.
"Ya?"
"Kamu masih capek?"
"Kalau iya?"
Aya tersenyum. Ia duduk kembali di base camp. Di sampingnya juga ada Ardi. Aya mengkodekan suaminya. Untuk menuntun kepala Ardi untuk merebahkan di pahanya.
"Istirahatlah sejenak," ucap Aya tersenyum.