"Lo kenapa si Rah? Kenapa diem aja? Kasian tau Rinai. Masa sedikitpun gak ada kata yang bisa kamu ucapin. Dia sahabat lama lo, Rah. Yang dulu selalu dibanggain. Kamu ceritain betapa ajaibnya laki-laki itu. Kenapa sekarang gini?"
"Kalaupun masih ada kekecewaan gegara kemarin dia gak dateng. Positive thingking aja, mungkin dia emang sedang persiapin diri pulang kesini."
"Kamu kangen kan' Rah?"
Yang diajak bicara masih terdiam. Entah betapa berisik yang ada di dalam benaknya. Tak tertebak.
"Yaudahlah. Gue capek ngomongin lo. Terserah aja. Tapi yang pasti, kebencian gak akan melahirkan tanaman apapun selain rasa sesak, Rah. Pikirkan baik-baik. Rinai melakukan ini semua pasti ada alasannya. Setiap orang punya alasan masing-masing. Yang kamu juga belum pernah dengar darinya langsung 'kan?"
"Selama ini kamu mungkin terus mengira Rinai yang telah mengecewakanmu. Tanpa kamu mau berusaha mendengar sedikitpun alasannya. Yang kukenal sejak dulu, itu bukan Rahsa."