POV Oki
"Gimana, Ki? Betah?" tanya Wahyu.
"Alhamdulillaah... betah-betah aja."
"Syukur deh."
"Oh ya, gue ada info loker nih. Mau coba nggak?"
"Beneran?"
"Iya. Mending sekarang baca-baca dulu nih syaratnya. Lumayan kan kalau diterima."
Wahyu mengirim sebuah pamflet lowongan kerja. Oki yang masih bekerja di mebel bapaknya Wahyu pun langsung tertarik. Matanya menatap penasaran. Begitu antusias.
"Ki..."
"Hum? Kenapa?" Wahyu bertanya memecah diam.
"Lo yakin bakalan ngilang dari Ibu dan adik di kampung sana?"
"Hum? Kamu tahu darimana?"
"Aku ini sahabatmu. Pasti tahu tanpa kamu cerita."
"Aku perhatiin sekarang kamu gapernah ngangkat telpon. Atau menelpon. Hampir gapernah."
"Sebenernya kenapa?"
Oki terdiam sejenak. Matanya mengalihkan fokus. Menatap Wahyu. Lalu menunduk.
"Inilah caraku berkabar, Yu. Setidaknya, sampai aku yakin bakal berkabar lagi." Jawab Oki setengah yakin.
"Kenapa? Karena belum bekerja? Karena istri Mas Ahsan? Atau... karena pindah?"