Tidak ada yang benar-benar pasti di dunia ini. Selain kepastian adanya kematian. Kita boleh berencana segala yang terbaik. Meski yang terbaik, tetap bagaimana menjalani kenyataannya. Oki mengingat banyak hal. Tapi terasa tak ingin menyimpannya. Meski mengingat dan menyimpan, lebih sering tak kenal tapi.
Hari ini adalah dermaga penantian. Bukan penantian seorang kekasih yang menunggu Pangeran. Atau seorang pangeran yang menunggu tuan puterinya. Namun, seorang pria yang menunggu nasibnya. Ah, sejak kapan seorang laki-laki belajar memangku nasib?
Oki mendapat kabar dari salah seorang teman, tak lain adalah orang kenalannya. Wahyu.
"Ki, lo tetep kerja di mebel Bapakku 'kan?"
"Iya. Emangnya kenapa? Kok tanya begitu?"
"Yaa... gapapa. Cuma mastiin aja, Ki. Eh, udah buka pengumuman? Sudah diumumin lewat website resminya. Buruan, gih."
"Udah, ya? Gimana? Lo ditrima, gak?"
"Alhamdulillah, Ki. Gue ditrima."
"Syukur, deh. Kalau gue?"
"Liat langsung aja, Ki. Biar lebih enak."