Tubuhnya yang tinggi terlihat sedikit gontai. Langkahnya sedikit menunduk lalu ditegakkannya kembali. Terik matahari yang mulai tenggelam membasuh jingga di wajah Aksa. Jaket jeans dipakainya. Helm biru segera dipasangkan di kepalanya yang kian membatu.
"Apakah aku terlalu egois bersikap pergi begitu saja, Ay?" Gumam Aksa.
Namun, ia tak begitu pedulikan. Meskipun ketidakpedulian bisa bermakna kesungguhannya untuk peduli.
"Aku rela kau bahagia, bahkan jika itu tanpa aku, Ay. Maafkan aku yang payah ini." Bersamaan dengan ucapannya, Aksa menancap gas motor matic birunya.
Jalanan pantura dengan kendaraan yang mulai ramai, tak begitu dihiraukannya. Angin yang kian terasa berisiknya ternyata tak lebih berisik dari isi kepalanya.
Mata tajam Aksa memandang ke depan dengan fokusnya. Namun, ia hilang kendali.
Braaak!!!
Sebuah lubang di jalan, tak terlihat olehnya. Ia jatuh tersungkur. Untungnya, tak ada kendaraan berat yang menghantamnya.