"Bibi! Kenapa melihatku seperti itu, huh? Memangnya aku salah apa lagi? 'Kan bibi tadi sudah menampar kami sebagai balasan atas kecerobohan kami. Sekarang, kenapa lagi, Bibi Cantik?" Jia mengajukan protes. Soalnya, dia merinding juga ditatap dengan tatapan merendahkan sejak tadi oleh bibi itu.
"Aku ingin menanyakan ini sejak awal, Jia. Tapi, kuharap kalian mau jujur kepada bibi. Mungkin saja bibi bisa membantu jika kalian berkata jujur?" Bibi Mina berucap. Kali ini tatapannya berubah teduh.
Bibi Mina bahkan kini menangkup pipi Jia menggunakan tangan kanannya.
"Berkatalah jujur, Nak! Apa kalian ini benar-benar saudara? Lalu, di mana orang tua kalian saat ini? Adik bungsumu itu masih bayi, Sayang. Dia butuh dampingan orang dewasa di sekitar kalian meski Jia dan Ujang merasa mampu merawat adik kalian sendiri."
