Panji menyandarkan punggungnya pada sandaran tempat tidurnya. Satu tangan kokohnya memeluk tubuh ramping Algis yang terlelap tidur di dalam pelukannya. Sedangkan tangannya yang lain membelai surai hitam Algis dengan lembut. Panji memandangi wajah tenang Algis lekat-lekat, setelah kejadian hari ini rasa sayangnya terhadap pemuda manis itu bertambah berkali-kali lipat.
Panji mampu mendaki gunung Everest jika itu syarat untuk membuktikan rasa sayangnya terhadap Algis. Tapi Panji yakin Algis tidak akan meminta syarat seperti itu. Dia tau Algis juga sama, sangat menyayangi dirinya. Jangankan ditinggal untuk mendaki gunung Everest, terlambat pulang kerja saja Algis tidak akan berhenti mengiriminya pesan. "Mas...kok belum pulang" "Mas...lagi di mana?" "Mas... hati-hati di jalan" dan masih banyak Mas.... lainnya.