Ada waktu untuk berharap
Dan ada waktu untuk berhenti
Ada masa untuk memperjuangkan
Namun ada juga untuk mengiklaskan
Ajeng duduk seorang diri di halte bus yang tidak jauh dari lokasi kampusnya.Ia meluruskan kedua kakinya lalu menyandarkan punggungnya pada tiang halte. Gadis bersurai panjang itu mengeluarkan ponsel dari dalam tas.
Jarinya menekan tombol power dan seketika layar ponsel menyala menampilkan foto dua orang yang sangat mirip meski tidak kembar.Ajeng tersenyum tipis menatap kerah layar ponsel miliknya.
"Maafin kakak"gumamnya.
Jari lentik Ajeng beralih membuka menu kontak lalu mencari nama orang yang bisa ia hubungi untuk menjemputnya.
Jari Ajeng berhenti menggulir layar ponsel saat ia membaca nama Panji. Membaca nama itu ia jadi teringat kejadian siang tadi di kampus saat Panji mengantarnya. Tanpa di sangka di saat yang sama ia bertemu dengan Algis dan teman-temannya.
Saat itu Ajeng bisa menangkap rasa canggung dan sedih dari tatapan mata adiknya.