Erik menarik kembali pandangannya dan berjalan dengan anggun.
Ketika dia masuk ke dalam mobil, dia bersandar di jok, sedikit memejamkan matanya yang sakit, dan
dagunya yang kaku menampakkan emosi yang menyakitkan saat itu.
Tangannya terkulai lemah di kedua sisi, dan luka di dahinya terasa sakit!
Tapi tidak sebesar rasa sakit di hatinya saat itu.
Jake menyalakan mobil dan melirik Erik melalui kaca spion.
Jake bingung melihat Erik yang memiliki ekspresi yang menyedihkan, dia sudah lama tidak melihatnya seperti itu.
Erik, yang selalu terlihat dingin dan kejam, penuh dengan emosi yang dingin dan selalu terlihat elegan.
Erik adalah seorang brutal dan haus darah seperti yang dikabarkan dalam rumor, dan bertindak dengan penuh kekejian!
Jika bukan karena pertemanan selama bertahun-tahun, Jake tidak akan berani duduk di dalam mobil bersamanya, hanya sedikit orang yang dapat menanggung rasa pertemanan yang menakutkan ini.
Jake tidak berani mengucapkan sepatah kata pun saat ini, dan mengemudi dengan diam.
Setelah waktu yang lama, Erik akhirnya menenangkan emosinya dan berbicara perlahan: "Jake, Namanya adalah Elisa."
Jake mendengarnya sambil memegang erat setir di tangannya
Dia tidak pernah membahas mengenai Elisa sebelumnya.
Dia juga tidak pernah membiarkan orang menyebut nama Elisa, mengapa dia tiba-tiba
menyebutkannya hari ini?
Jake berpikir bahwa Erik mungkin terlalu kelelahan karena terlalu banyak berpikir dan sebaiknya butuh banyak istirahat . Erik mempunyai jantung yang lemah sehingga mempengaruhi kondisi fisik dan mentalnya.
Selain beban pekerjaan, Erik mempunyai banyak beban, yang pertama ditinggal oleh Elisa, kemudian ditinggalkan oleh ibunya. Semuanya itu membuat dia nyaris kehilangan tekad untuk hidup.
Selama masih hidup, maka manusia tidak akan pernah puas, terutama dalam masyarakat yang materialistis dan kompetitif. Kita harus pandai menyesuaikan diri, bersabar menunggu waktu yang tepat, tabah dalam penderitaan, dan pantang menyerah
Erik tidak akan pernah menyerah pada Elisa
Saat jam sibuk, arus lalu lintas yang macet membuat banyak orang kesal!
Erik terdiam, memejamkan matanya dan bersandar di kursi kulit.
Erik adalah seorang ahli dalam dunia bisnis. Dia adalah orang terkaya di kota Jakarta dan seorang presiden direktur Grup Jacky.
Ada legenda di kota Jakarta yang mengatakan bahwa Erik adalah layaknya seorang raja di kota itu
Tidak ada seorangpun yang berani macam-macam dengannya apabila masih menyayangi nyawanya.
Dia juga dikabarkan dekat dengan banyak wanita. Dia juga berperilaku keras dan kejam.
Hanya dalam beberapa tahun, dia bisa menjadi bos komersial keluarga Cendana.
Jake yang melihat Erik yang terlihat sudah agak tenang, kemudian dia
tersenyum dan bertanya ︰Halo, apakah kamu ingin minum? Atau mau makan sekarang?"
Jake tidak berani membicarakan elisa.
Erik mengangguk di balik sorotan cahaya matahari terbenam yang menembus jendela mobil. Dia mengenakan setelan haute couture yang mahal dan mewah. Wajahnya terlihat cekung dan tampan.
Jake mengamati Erik melalui kaca spion, kemudian Jake berkata," Kalau begitu kita pergi saja ke restoran Shudu yang biasa sering kita kunjungi untuk makan masakan Padang."
"Baiklah kalau begitu!" jawab Erik dengan sedikit tidak sabar.
Erik memejamkan matanya, namun tidak menyembunyikan raut wajahnya yang arogan.
Dia merenungkan mengenai banyak rintangan hujan dan badai yang harus dia lalui untuk membangun bisnis dan hidupnya yang stabil.
Dia merenungkan berapa kali hatinya harus banyak terluka agar dapat memiliki seseorang yang baik dan tulus di sampingnya
Tapi setelah bertahun-tahun, yang tersisa hanyalah bayangannya saja.
Elisa telah meninggalkannya, demikian ibunya juga meninggalkannya.
Anaknya yang dulunya masih sangat muda, sekarang menjelma menjadi gadis yang cantik.
Dia sedang menghitung, apabila Elisa dulu berusia 18 tahun, maka sekarang dia sudah berusia 24 tahun.
Namun dia masih belum menemui Elisa
Malam itu ketika Elisa meninggalkannya adalah malam paling menyedihkan dalam hidupnya. Erik selalu memimpikan agar bisa kembali ke malam itu saat minum-minum.
Namun, malam ini dia ingin minum, meskipun dia terluka parah di dahinya
Banyak orang seperti Erik suka minum di bar kelas atas.
Namun dia tidak mau minum di bar hotel, karena dia teringat mengenai kejadian Elisa tujuh tahun yang lalu, sehingga dia sangat muak dengan bar hotel.
Padahal sebelumnya dia sangat menyukai tempat restoran mewah dan elegan di hotel mewah. Apabila ada pertemuan, dia selalu memilih hotel sebagai tempat untuk bertemu dan menginap di sana.
Semakin kita mencintai seseorang, maka semakin frustasi hati kita apabila kita kehilangan orang tersebut.
Banyak orang di sekitar Erik yang berpura-pura menyanjungnya untuk sekedar agar dapat menguntungkan kepentingan pribadi mereka, dan hal ini membuat Erik merasa muak.
Erik menghela nafas dalam-dalam, beberapa helai rambutnya jatuh di dahinya, sehingga dia terlihat kesepian dan tidak berdaya.
Sementara Elisa mengikuti Ramsey ke gedung sari di kota Jakarta, dimana anaknya sedang berkompetisi piano hari ini.
Ramsey memarkir sepeda motor limited edition-nya di lantai bawah
Kemudian Elisa turun dari mobil. Dia melihat darah di roknya dan mengerutkan keningnya.
Dia melirik Jinxi dan berkata dengan cemas,"Ramsey, kamu akan takut masuk gedung bersamaku apabila aku terlihat seperti ini."
Elisa sekarang terlihat lebih dewasa dan menawan dibanding tujuh tahun yang lalu
Dulunya Elisa adalah seorang gadis polos yang belum mengenal dunia
Namun sekarang Elisa telah bekerja keras selama beberapa tahun, menorehkan prestasi di pekerjaanya. Dia juga begitu anggun dan mempesona sehingga membuat banyak lelaki ingin menaklukkan hatinya.
Selama tujuh tahun, dia telah terlahir kembali dan jauh berbeda.
Ramsey melepas helm di kepalanya, dan wajah tampannya terpapar udara.
Ramsey memakai kemeja yang serasi, dengan celana jeans yang simple, wajahnya terlihat segar dan vital, dipadukan dengan wajahnya yang bijak dan tampan membuatnya terlihat sangat keren.
Dia melihat darah di gaun putih Elisa dengan ekspresi ngeri.
Kemudian Ramsey melambaikan tangannya dan berkata dengan suara keras pada Elisa,"Elisa, sekarang sudah hampir jam tujuh, dan permainannya sudah berjalan setengah jalan.
"Lalu, aku harus bagaimana? Tanya Elisa. Di sekitar situ juga tidak ada took pakaian.
Elisa berpikir dengan cepat. Elisa adalah seorang perancang busana. Dia datang ke kota Jakarta dengan tujuan untuk bekerja di kantor pusat selama sebulan.
Dia mengangkat pandangannya dan berkata pada Ramsey, "Apakah kamu punya gunting?"
Ramsey langsung memahami apa yang akan dilakukan Elisa. Lantas dia mengeluarkan kunci motor dan membuka bagasi motornya, mengeluarkan gunting merahnya dan menyerahkannya kepada Elisa
Elisa memegang gunting dengan senyum yang penuh percaya diri
Dia membungkuk dan memotong roknya yang berlumuran darah hingga menyerupai bentuk daun lotus. Bagian belakang gaunnya akan menjadi panjang, sedangkan bagian depannya akan menjadi pendek, tanpa adanya perbedaan yang mencolok. Desain ini membuat kakinya yang ramping menjadi terlihat, sehingga terlihat seksi dan menawan
Elisa merasa puas. Seorang wanita boleh saja lemah lembut, hangat, malas, informal, namun tetap saja sama sekali tidak boleh ceroboh.
Ramsey menatap Elisa dengan mata yang penuh takjub dan tersenyum lebar. "Wow, kamu memang benar-benar pantas menjadi seorang desainer terkenal. Kamu telah menyelamatkan gaun yang bernoda darah ini.
Kemudian Elisa mengembalikan guntingnya kepada Ramsey dan berkata, "Ayo, kita cepat masuk Ramsey. Kita sudah sangat terlambat."
"Oke", kata Ramsey yang kemudian bergegas mengembalikan guntingnya ke motor dengan cepat.
Kemudian keduanya berlari masuk ke dalam gedung. Kebetulah liftnya berada di lantai 1. Keduanya langsung masuk, kemudian Elisa menekan tombol lantai 26.
Begitu mereka keluar dari lift, Elisa mendengar suara piano yang halus dan indah di telinganya. Lan Xin bisa mendengar suara piano yang dimainkan oleh anak laki-lakinya, dan dia semakin mendekat menuju tempat kompetisi.