72. Berusaha
"Aku bisa sendiri, Mas."
Ramdan yang sudah meletakkan tangannya di atas sisir yang mengarah pada rambutku seketika terurung, mengambang di udara tak kenal arah tujuan. Seumur hidup, Ramdan tidak pernah membantuku merias diri. Lantas, mengapa di saat perceraian kami semakin dekat perlakuannya jauh lebih romantis?
Dia hanya tersenyum menanggapi kemudian menatapku lekat lewat pantulan cermin. Aku memandangnya sekilas kemudian lanjut menyisir rambutku yang kusut. Beralih memakai rangkaian skincare malam tanpa mempedulikan tatapan menggoda yang Ramdan pancarkan.
"Kamu cantik," pujinya mulai merayu. Sebenarnya tidak salah suami menggoda istri sendiri. Tapi Ramdan yang kukenal bukan orang yang seperti ini.
Kalau sudah begini, aku tahu kemana dia akan membawaku selanjutnya.