71. Berdamai
Suara kicauan burung di luar sana berhasil membangunkanku dari mimpi indah. Sembari mengucek mata dan mengumpulkan kesadaran, netraku beredar. Lebih tepatnya mencari sosok Ramdan yang semalam tak tidur bersamaku. Apa Ramdan memilih tidur dengan Lulu lagi?
Pelan-pelan, kuubah posisi menjadi duduk. Meski waktu tidurku terbilang cukup, pusing di kepalaku tak bisa ditolerir. Penderita rendah darah pasti tau rasanya bangun tiba-tiba dari tempat tidur lantas pandangan menjadi gelap seketika. Aku tak ingin pagiku dirusak dengan rasa pusing meski aku merasakannya sedikit.
Segera kubenahi tempat tidur usai bangkit. Tempat tidur sebelahku sedikit berantakan. Apa mungkin mas Ramdan tidur di sini semalam? Tapi biasanya aku terjaga jika karsur yang kutiduri berguncang.
Selesai dengan rutinitasku, aku keluar dari kamar menuju dapur. Kulihat Lulu tengah menyuapi Omar tanpa ada Ramdan di sampingnya. Aku berjalan melewatinya menghampiri kulkas demi memuaskan dahagaku.