Angel dan Alex masih terjebak macet. Mereka berdua saling melirik dan kadang saling melemparkan senyuman. Alex mengambil sebelah tangan Angel lalu ia menggenggamnya dengan erat. Dan Alex bahkan terus menciumi punggung tangan kekasihnya itu. Alex benar-benar bahagia sekali.
Angel juga sama seperti Alex, wajahnya jauh lebih ceria saat ini. Ia belum memikirkan bagaimana nanti ke depannya. Apa yang harus ia lakukan bersama dengan Alex lalu bagaimana jika publik tahu tentang dirinya dan juga Alex. Yang Angel paling takutkan bagaimana dengan keluarga Alex? Apa mereka akan menerima dirinya yang lahir dari keluarga biasa-biasa saja?
"Terima kasih ya," ujar Alex sambil mencium punggung tangan Angel.
"Untuk apa? Perasaan aku tidak memberikan kamu barang deh!"
"Terima kasih karena sudah menerima cinta aku," ucap Alex sambil tersenyum kembali dan senyuman itu membuat Angel jadi semakin terhipnotis.
"Sama-sama." Alex membelokan mobilnya tanpa melepaskan genggaman tangannya ia benar-benar menggunakan satu tangan untuk mengemudikan mobil mewahnya untung saja mobilnya matic jadi dia bisa mengedalikannya dengan baik.
"Ayo sayang kita turun," ajak Alex yang dengan cepat turun lalu ia berjalan ke pintu di mana Angel duduk. Alex membukakan pintu mobilnya lalu Angel turun dan mereka berdua langsung masuk ke dalam supermarket.
Alex mengambol trolly dorongnya dan Angel masih berjalan di samping kekasihnya. Bagaimana tidak berdiri di samping Alex terus kalau si Alex masih tetap menggenggam tangan Angel sejak mereka masih berada di parkiran mobil tadi.
"Kamu suka makan apa?" tanya Angel sambil melihat buah dan sayuran.
"Aku apa saja suka kok."
"Ada alergi makan sesuatu?"
"Tidak ada juga," jawab Alex dengan santai.
"Kalau buah bagaimana?"
"Aku suka kok semua buah."
"Masa si? Benar tidak ada pantangan apa-apa ya?"
"Iya sayang tidak ada," jawab Alex lalu ia memeluk Angel dari belakang saat kekasihnya itu sedang memilih buah mangga yang manis.
Angel kaget, ia ingin mencoba meronta tapi tidak enak jika ada yang melihatnya. Angel melihat sekelilingnya apa ada yang melihatnya.
"Malu Lex banyak yang lihat."
"Tidak apa-apa, kamu kan pacar aku."
"Ya tetap saja malu aku."
"Paling mereka melihat baju kamu yang kebesaran saja. Habis apa nih perempuan pakai baju laki-laki," goda Alex hingga membuat wajah Angel merona merah.
"Tuh gara-gara kamu si," ujar Angel sambil memukul pelan tangan Alex yang masih melingkar di pinggangnya.
"Hahaha, biarkan saja mereka melihatnya."
"Tapi aku malu. Mau ditaruh di mana wajah aku?"
"Ya di muka kamu dong. Masa di wajah aku!"
"Iiiihhh, kamu nyebelin deh. Nyesel jadinya terima cinta kamu."
"Hahaha, ucapan yang sudah diucapkan tidak boleh ditarik kembali," ucap Alex lalu ia mengambil buah yang ada di tangan Angel lalu memasukannya ke dalam trolly.
Angel menggelengkan kepalanya. Lalu ia kembali memilih sayuran, daging, ayam dan beberapa macam jenis seafood. Angel masih berpikir ia akan membuat apa nanti. Apa Alex akan menyukai masakan buatannya atau tidak sama sekali.
Alex mengambil beberapa minuman bersoda. Ia sangat menyukai minuman bersoda. Walau tahu tidak baik untuk kesehatan tapi Alex masih mengkonsumsinya. Bukan hanya minuman bersoda tapi Alex juga mengambil beberapa minuman lainnya dan beberapa camilan yang ia sukai juga ia ambil. Ia akan memenuhi isi dapur apartemen Angel hari ini.
"Banyak sekali. Siapa yang akan menghabiskannya?"
"Aku, nanti taruh saja di apartemen kamu jadi kalau aku datang kan kamu tidak perlu repot-repot buatin aku minuman. Tinggal ambilkan ini saja," ucap Alex sambil menunjukan minuman bersodanya.
Angel menggelengkan kepalanya dan mereka berdua kembali mengelilingi supermarketnya.
"Aku rasa cukup deh. Sudah yuk kita pulang," ajak Angel dan Alex mengangguk lalu mereka berdua menuju kasir.
Alex dan Angel menunggu staff-nya membereskan belanjaan mereka dan mereka berdua sama-sama mengeluarkan card untuk membayar. Alex mengernyit melihat Angel yang juga mengeluarkan card.
"Mau apa?" tanya Alex.
"Bayar, ini pakai card saya saja," ucap Angel.
"Eh jangan pakai card saya saja," ucap Alex lalu ia mengambil card Angel dan memberikan card miliknya ke staff-nya.
"Iiih kok diambil si?" ucap Angel kesal.
"Iya kan aku yang bayar. Mana ada wanita yang bayar belanjaan?" ucap Alex.
"Ya ada aku barusan," ucap Angel berusaha merebut card-nya dari tangan Alex lalu Alex memberikannya saat staff kasirnya sudah melakukan transaksinya.
"Kalau tahu aku tadi tidak mengambil banyak belanjaan," gumam Angel.
"Tidak apa-apa, lagi pula memang sudah tugas aku yang membayarnya," ucap Alex lembut dan sebelah tangannya ia gunakan untuk mengusap puncak kepala kekasihnya.
Angel dan Alex meninggalkan kasir, Angel benar-benar merasa tidak enak sama sekali sama Alex karena telah membayarkan semua belanjaannya.
"Nomor rekening kamu berapa?" tanya Angel.
"Mau apa hmm?"
"Mau aku transfer balik uang belanjanya."
"Angel… Sudah ya, ini hari jadi kita. Kamu itu kekasih aku. Ini kan untuk kita merayakan hari jadi kita bersama. Jadi tidak masalah jika aku yang membayarnya. Lain kali jangan pernah kamu permasalahin soal bayar membayar ya. Pokoknya setiap kali kamu pergi sama aku, jangan pernah kamu mengeluarkan uang ya."
"Lho kenapa? Kan kita baru pacaran belum menikah."
"Tapi sebentar lagi kan kita akan menikah," ucap Alex sambil merangkul Angel dan Angel yang mendengar ucapan Alex menjadi tersipu malu. Ia tidak tahu harus bagaimana. Masih terlalu lama juga jika memikirkan soal menikah. Lalu bagaimana nanti dengan keluarga Alex? Angel pun belum mengetahuinya.
"Kenapa melamun?" tanya Alex yang memperhatikan tatapan mata Angel benar-benar kosong.
"Ah tidak kok," jawab Angel yang jadi salah tingkah sendiri.
Alex tidak bertanya lagi karena ia harus memasukan semua belanjaan ke dalam bagasi mobil dan Angel membantu mengangkat kantorng plastiknya dari dalam trolly.
"Kamu masuk saja sayang, nanti sakit lho tangannya angkat berat seperti ini," ucap Alex.
"Haiiisss… Hanya belanjaan seperti ini aku sudah terbiasa," ucap Angel yang masih membantu Alex.
"Baiklah, aku tidak akan melarang kamu tapi kalau sudah capek tidak usah bantu lagi ya," ucap Alex lalu ia menutup pintu bagasi mobilnya.
"Iya," jawab Angel lalu mereka berdua masuk ke dalam mobil.
Alex langsung mengemudikan kembali mobilnya dan mereka kembali harus melewati kemacetan yang terjadi.
"Padahal libur masih saja macet," gerutu Angel.
"Nah itu dia karena minggu banyak yang pergi bersama dengan keluarganya."
"Iya itu dia. Enak di rumah tidur. Itu kalau aku."
"Hahaha, kamu memang hobi tidur ya?"
"Iya, soalnya setiap hari sudah sibuk dengan bekerja dari pagi sampai malam. Jadi kalau libur aku manfaatkan untuk tidur dengan puas. Tapi kalau bosan ya baru pergi ke mana gitu mall atau cafe."
"Tapi kalau sekarang ada aku. Jadi sepertinya waktu tidur kamu akan berkurang."
"Hmmm, benar sekali, berarti aku harus memanfaatkan waktu untuk tidur jika tidak bertemu dengan kamu," ucap Angel sambil menganggukan kepalanya.
"Aku akan terus mengganggu kamu," goda Alex dan Angel sudah memicingkan kedua matanya.
"Hahaha, serem banget si. Seperti burung elang saja."
"Jadi tatap mata aku Alex, apa masih seram?" tanya Angel sambil memberikan tatapan yang begitu membunuh.
"Hahaha, sereman ini. Sudah ah jangan seperti itu. Kamu mengerikan juga ya," ucap Alex sambil fokus dengan stir mobilnya.
"Makanya jangan coba-coba melawan Angel jika tidak mau mendapatkan serangan mata elang," ucap Angel lalu mereka berdua tertawa bersama.
Bersambung