Tiga jam berlalu.
Alex dan Angel masih menonton film bersama. Sudah film kedua yang mereka tonton saat ini. Alex senang bisa menghabiskan waktu bersama dengan kekasihnya walau hanya di rumah saja. Sejak tadi Alex terus mendekap tubuh Angel. Sejak mereka menonton bersama Alex tak melepaskan sedikit saja dekapannya.
"Kamu mau minum lagi?" tanya Angel.
"Hmmm, boleh. Apa ada kopi?"
"Ada kok, tunggu sebentar ya," ucap Angel lalu ia berdiri dan Alex langsung meraihh tangan kekasihnya dengan cepat.
Angel menoleh ke arah Alex. "Kenapa?"
"Jangan lama-lama." Angel tersenyum lalu mengangguk.
Angel menuju dapur. Ia menyiapkan air panasnya lebih dulu dan menuangkan kopi ke dalam gelasnya. Angel membuka lemari pendinginnya, ia mengambil satu botol susu kemasan yang tadi dibelinya di supermarket. Angel mematikan kompornya lalu ia menuangkan air panasnya ke dalam gelas yang berisi kopi bubuk.
"Aromanya enak sekali," ucap Angel lalu ia membawa kopinya ke ruang televisi.
"Terima kasih ya," ucap Alex dan Angel mengangguk lalu ia kembali duduk di samping kekasihnya.
Tak terasa waktu semakin larut saat film yang mereka putar itu habis. Alex dan Angel tertidur di sofa sambil berpelukan bersama. Mereka berdua benar-benar terlelap dan membiarkan televisinya menyala begitu saja.
Angel meringkuk kedinginan dan Alex semakin mengeratkan pelukannya saat ia merasakan dinginnya tubuh Angel.
***
Mentari pagi mulai bersinar terang dan cahaya matahari mulai masuk ke dalam apartemen Angel. Tadi malam Angel lupa menutup tirai kamar mereka dan ia langsung mengernyit saat merasakan sebuah tangan kekar melingkar di bagian pinggangnya.
Angel melihat tangan Alex yang masih melekat di bagian tubuhnya dan Angel mencoba mengingat jika tadi malam ia dan Alex masih nonton film bersama.
Angel melihat layar televisinya yang masih menyala. Dan Angel mencoba meraih remot televisinya dan ia mematikan televisinya itu.
Perlahan-lahan Angel mencoba menyingkirkan sebelah tangan Alex yang masih melingkar di bagian pinggangnya.
Angel berhasil menyingkirkannya tanpa membuat Alex terbangun. Angel mengikat rambut panjangnya lalu ia menuju dapur lebih dulu. Angel akan menyiapkan sarapan untuk kekasihnya yang baru saja ia pacari satu hari.
Angel akan membuat omelet dan roti panggang saja. Semua bahan yang ada sudah Angel siapkan dan kini ia tinggal meraciknya saja. Dan sebuah kopi panas juga akan Angel siapkan untuk Alex.
Angel sangat cekatan sekali, ia sudah seperti seorang koki saja. Angel memanggang rotinya di mesin khusus panggangan roti dan ia memasak dagingnya juga telur untuk bahan tambahan rotinya.
Aroma masakan membuat Alex terbangun. Alex membuka kedua matanya lalu ia melihat sekelilingnya.
"Ini bukan apartemenku," ucap Alex di dalam hatinya. Alex melihat foto Angel yang terpampang di samping televisi. Alex baru mengingatnya jika tadi malam ia belum pulang ke apartemennya. Alex bangun dan ia mencari keberadaan kekasihnya.
Alex langsung memeluk manja tubuh Angel sambil menyandarkan dagunya di bahu kekasihnya.
"Selamat pagi sayang."
"Selamat pagi, bagaimana tidurnya? Apa tubuhmu sakit? Sudah dua hari kamu tidur di sofa."
"Tidak apa-apa, nanti kalau sakit kan ada yang pijati."
"Pakai kursi pijat saja. Ada di depan sana dekat pintu balkon."
"Benarkah? Kalau gitu apa aku boleh menggunakannya?"
"Tentu saja boleh. Ini kopi untuk kamu."
"Terima kasih ya." Alex menyesapnya dan ia menikmati kopinya sambil berjalan menuju kursi pijat.
Alex meletakan kopinya lalu ia membuka tirai jaring-jaring yang menutupi jendela. Alex melihat pemandangan yang begitu indah. Sebuah taman bersiih yang ada di apartemen ini membuat Alex tertarik ingin melihatnya.
Alex tersenyum lalu ia duduk di kursi pijat itu dan menyalakan mesin pijatnya. Alex memejamkan kedua matanya merasakan getaran-getaran dari kursi pijat itu. Alex merasa otot-ototnya yang tadi kaku kini jauh lebih ringan dan terasa begitu nyaman.
"Lex, sarapan dulu," ucap Angel sambil membawakan omelet dan roti panggang yang ia buat.
Alex membuka kedua matanya lalu ia menatap kekasihnya sambil tersenyum.
"Ayo sarapan dulu."
"Iya, untung hari ini masih libur tanggal merah ya."
"Iya kalau tidak aku sudah berada di jalan untuk ke kantor."
"Dan aku yang akan mengantarkan kamu ke kantor."
"Manja sekali. Aku masih sehat dan bisa mengendarai mobil sendiri."
"Iya kan aku ingin mengantar kamu!"
"Ok, sekarang makan dulu. Aku merasa lapar sekali. Apa karena semalam tidak makan lagi ya jadi lapar."
"Bisa jadi. Oh ya mobil kamu sudah ada di parkiran dan kuncinya ada di security lobby."
"Ya sudah tidak apa-apa. Terima kasih ya sudah mau direpotkan."
"Merepotkan apa sih?" ucap Alex lalu ia memakan roti panggangnya dengan lahap sekali.
"Mmm, enak sekali. Calon istri idaman banget ini," puji Alex.
"Kamu berlebihan sayang."
Uhuuukk … uhuuukkk …
"Cepat minum," ucap Angel sambil memberikan air mineral untuk kekasihnya.
"Ka-kamu bilang apa barusan?" tanya Alex memastikan apa barusan yang ia dengar itu salah.
"Bilang apa? Aku tidak bicara apa-apa kok."
"Masa, perasaan aku tidak salah dengar deh."
"Memangnya aku bicara apa?"
"Sayang."
DEG!!!
Angel menatap Alex. Kedua mata mereka saling bertemu satu sama lain. Angel sedang berpikir apa dia tadi mengucapkan kata sayang? Apa mungkin perasaannya terhadap Alex mulai muncul dengan sendirinya?
"Aku tidak merasa memanggil kamu sayang," ucap Angel lalu ia mengalihkan pandangannya. Wajah Angel sudah merona merah. Ia tidak menyangka jika dirinya bisa tak menyadari apa yang baru saja diucapkannya.
"Yang benar tapi kenapa wajah kamu merah sekali?"
"Ini sepertinya aku demam deh," ucap Angel sambil memegang keningnya.
"Masa kamu demam," ucap Alex yang langsung mengecek suhu tubuh kekasihnya itu.
"Enggak panas kok," ucap Alex dan Angel sudah memejamkan kedua matanya.
"Ngaku saja hayo kamu tadi bilang sayang kan?"
"Iya, iya, iya. Aku bilang sayang," ucap Angel yang semakin merona merah.
"Jadi benar kamu sudah menyayangi aku?" tanya Alex sambil menangkup kedua pipi Angel dan Alex menatap lekat-lekat kedua bola mata milik kekasihnya itu.
Angel mengangguk dan Alex langsung memeluk erat tubuh kekasihnya itu.
"Apa yang kamu rasakan?"
"Aku merasa nyaman jika di dekat kamu. Dan aku merasa bahagia berada di dekat kamu. Aku sendiri juga tidak tahu sejak kapan aku merasakan semua ini. Intinya aku bahagia berada bersama dengan kamu."
Alex semakin melebarkan senyumannya. "Tidak apa-apa, pelan-pelan saja nanti kamu juga mencintai aku." Angel mengangguk dan ia membalas pelukan kekasihnya itu.
"Terima kasih Angel."
"Tidak perlu berterima kasih padaku. Aku belum bisa membalas apa-apa. Kamu terlalu sempurna untuk aku. Aku takut jika suatu saat nanti aku melukai perasaan kamu."
"Kita hanya bisa berusaha melakukan yang terbaik. Jadi kamu tak perlu memikirkan jauh ke sana. Kita jalanin saja dulu. Tapi aku sebenarnya tidak sabar ingin menikahi kamu," ucap Alex sambil tersenyum.
"Kita jalanin saja dulu ya. Kalau untuk menikah aku takut. Takut keluarga kamu tidak menerima kehadiran aku."
"Aku mengerti. Terima kasih karena kamu sudah mau berusaha membalas cintaku."
Bersambung